Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Jamu Gendong, Khasiat Tradisional Yang Tak Diragukan

18 Januari 2025   07:27 Diperbarui: 18 Januari 2025   09:34 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jamu gendong, ramuan tradisional khas Jawa, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat selama berabad-abad.

Minuman herbal ini menawarkan solusi kesehatan alami yang diwariskan secara turun-temurun. 

Salah satu sosok yang menjaga tradisi ini adalah Mbah Lutiyem, seorang perantau asal Wonogiri yang telah menjual jamu gendong di kawasan Kalitaman, Salatiga, selama puluhan tahun.

Setiap pagi, Mbah Lutiyem dengan tekun mengolah berbagai jenis ramuan jamu di rumahnya. 

Baca juga: Tradisi

Ia menggunakan bahan-bahan alami yang segar, seperti jahe, kencur, kunyit, dan brotowali, yang dibelinya dari Pasar Blauran, Salatiga. 

Setelah selesai meracik, jamu tersebut dituangkan ke dalam botol-botol kaca, ditata rapi di dalam tenggok, dan siap dibawa berkeliling untuk dijajakan.

Beragam jenis jamu ditawarkan oleh Mbah Lutiyem, mulai dari beras kencur yang menyegarkan, kunir asem yang kaya akan antioksidan, brotowali yang dikenal pahit namun berkhasiat, hingga jamu pahitan yang diyakini mampu mendetoksifikasi tubuh. 

Selain itu, ia juga melengkapi peralatannya dengan gelas dan plastik untuk melayani berbagai preferensi pelanggannya.

Khasiat jamu tradisional ini tak perlu diragukan lagi. Ramuan alami tersebut dipercaya dapat meningkatkan imun tubuh, menjaga kebugaran, dan membantu memulihkan kesehatan. 

Bahkan, ibu-ibu yang baru saja melahirkan sering mengonsumsi jamu untuk mempercepat pemulihan pasca-persalinan. Hal ini menunjukkan bahwa jamu memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan kesehatan masyarakat Jawa.

Di tengah arus modernitas yang membawa berbagai obat-obatan instan, jamu tradisional tetap diminati. 

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Jawa masih percaya pada keampuhan ramuan alami yang telah teruji waktu. Jamu tidak hanya berfungsi sebagai minuman kesehatan, tetapi juga simbol tradisi yang kaya akan nilai budaya.

Namun, eksistensi jamu gendong seperti yang dijalankan Mbah Lutiyem menghadapi tantangan besar. 

Persaingan dengan minuman modern yang praktis dan pemasaran produk herbal dalam kemasan modern menjadi kendala yang tak bisa diabaikan. 

Di sisi lain, minimnya regenerasi penjual jamu tradisional mengancam kelangsungan tradisi ini.

Masyarakat juga perlu lebih sadar akan pentingnya menjaga tradisi. Membeli dan mengonsumsi jamu gendong tidak hanya membantu kesehatan, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian warisan budaya. 

Dengan begitu, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi jamu dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.

Jamu gendong juga memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai ikon pariwisata budaya. Bayangkan jika pengalaman membeli dan menikmati jamu gendong dipadukan dengan wisata tradisional di Salatiga. 

Hal ini tidak hanya memperkenalkan kekayaan budaya Jawa kepada wisatawan, tetapi juga memberikan peluang ekonomi tambahan bagi penjual seperti Mbah Lutiyem.

Semangat Mbah Lutiyem dalam menjajakan jamu gendong adalah cermin dari keteguhan hati dan kecintaan pada tradisi. 

Di tengah segala tantangan yang dihadapinya, ia tetap setia menggendong tenggoknya dan berjalan kaki berkeliling. 

Usaha kecilnya adalah bukti nyata bahwa tradisi dapat bertahan jika didukung dengan dedikasi dan cinta terhadap budaya.

Melestarikan jamu gendong berarti melestarikan lebih dari sekadar minuman tradisional; itu berarti menjaga identitas, kebijaksanaan lokal, dan kekayaan budaya Jawa. 

Semoga semangat Mbah Lutiyem menginspirasi kita semua untuk terus menghargai dan mendukung tradisi ini agar tetap hidup di tengah perubahan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun