Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesalahan Dalam Memahami Doktrin Iman

15 Januari 2025   20:38 Diperbarui: 16 Januari 2025   06:19 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doktrin iman adalah salah satu pilar utama dalam Kekristenan yang menentukan bagaimana seseorang memahami hubungan dengan Allah.

Kesalahpahaman tentang doktrin ini dapat mengakibatkan distorsi dalam pengajaran dan praktik iman.

Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah pandangan bahwa iman menggantikan hukum atau perbuatan. 

Berbagai Pemahan Menyimpang 

Pemahaman ini dikenal sebagai antinomianisme, yang mengajarkan bahwa kasih karunia Allah membebaskan orang percaya dari tanggung jawab moral. 

Padahal, iman sejati menurut Alkitab selalu menghasilkan buah dalam perbuatan baik.

Di sisi lain, teologi kemakmuran juga muncul sebagai penyimpangan dalam memahami iman. 

Teologi ini menempatkan iman sebagai alat untuk mendapatkan berkat materi atau kesuksesan duniawi, yang bertentangan dengan ajaran Yesus tentang menyerahkan hidup kepada kehendak Allah.

Pandangan keliru lain adalah anggapan bahwa iman adalah kepercayaan buta tanpa dasar rasional. 

Iman tanpa Keseimbangan

Terdapat orang mengabaikan bahwa iman Kristen didasarkan pada kebenaran Alkitab dan bukti sejarah, sehingga tidak menolak akal budi, tetapi melengkapinya.

Kesalahpahaman terhadap doktrin iman sering kali muncul karena penekanan yang berlebihan pada satu aspek doktrin tanpa memperhatikan keseimbangan teologis. 

Hal ini juga dapat diperburuk oleh pengajaran yang tidak kontekstual atau pengaruh budaya populer.

Iman dan Tujuan Hidup

Martin Luther, seorang tokoh Reformasi, menekankan bahwa iman menyelamatkan seseorang, tetapi ia juga mengingatkan bahwa iman yang sejati akan menghasilkan perubahan hidup. 

Ia menentang keras pandangan bahwa iman hanya berupa pengakuan lisan tanpa dampak nyata.

John Wesley memberikan penekanan pada pengudusan, menegaskan bahwa iman yang menyelamatkan adalah iman yang menghasilkan ketaatan kepada Allah. 

Ia mengkritik pandangan bahwa iman dapat dipisahkan dari moralitas.

Dietrich Bonhoeffer juga memperingatkan bahaya "kasih karunia murah," yang meremehkan harga yang harus dibayar untuk mengikut Kristus. 

Menurutnya, iman tanpa komitmen adalah iman yang kosong.

C.S. Lewis menyoroti bahwa iman bukan hanya masalah perasaan atau keputusan sekejap, tetapi melibatkan akal budi dan kehendak yang terus diperbarui oleh kebenaran Allah. 

Pandangan ini membantu menegaskan iman sebagai keputusan yang berakar pada fakta dan kebenaran.

Kesalahan pemahaman doktrin iman juga sering kali terjadi karena kurangnya pendidikan teologi yang memadai di kalangan jemaat. 

Banyak orang percaya tidak diajarkan untuk membaca Alkitab secara menyeluruh dan memahami konteksnya, sehingga rentan terhadap pengajaran yang menyimpang.

Tanggungjawab Gereja

Sebagai respons, gereja dan para pemimpin rohani memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan pengajaran yang benar tentang doktrin iman. 

Pendidikan teologi yang berbasis Alkitab perlu menjadi prioritas untuk menghindari kesalahpahaman ini.

Di era modern, gereja juga harus mewaspadai pengaruh budaya konsumerisme yang sering kali meresapi pemahaman iman.

Iman Sebagai Respon atas Anugerah

Iman tidak boleh direduksi menjadi sarana untuk mendapatkan kenyamanan duniawi, tetapi harus tetap dipahami sebagai respons kepada kasih karunia Allah.

Dengan pemahaman yang benar, doktrin iman dapat menjadi kekuatan yang menginspirasi transformasi hidup dan memperdalam hubungan dengan Allah. 

Iman yang sejati adalah iman yang aktif, bertumbuh, dan memuliakan Allah melalui kehidupan yang penuh ketaatan dan kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun