Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Upacara 'Slametan Mbangun Omah' Dalam Perpsektif Kristen

2 Januari 2025   19:50 Diperbarui: 2 Januari 2025   20:20 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tumpeng untuk upacara Slametan (photo: food.detik.com)

Persiapan sebelum memulai suatu proyek penting, seperti pembangunan rumah atai gedung, sering kali melibatkan doa bersama dan acara syukuran. 

Dalam tradisi Kristen, doa memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan dan permohonan penyertaan-Nya. 

Firman Tuhan dalam Amsal 16:3 menegaskan pentingnya menyerahkan segala pekerjaan kepada Tuhan agar rencana kita dapat terlaksana dengan baik.

Acara doa bersama juga menjadi momen refleksi spiritual, di mana umat dapat bersatu dalam iman dan harapan. 

Dalam Matius 18:20, Yesus menyatakan bahwa kehadiran-Nya nyata di tengah mereka yang berkumpul dalam nama-Nya. 

Dengan demikian, doa bersama bukan hanya sekadar ritual, melainkan suatu pengakuan akan kehadiran Allah dalam setiap langkah yang akan diambil.

Uborampe seperti tumpeng, nasi kuning, lauk-pauk, dan buah-buahan sering kali digunakan dalam acara syukuran sebagai simbol budaya. 

Dalam konteks iman Kristen, makanan tersebut dapat dimaknai sebagai ungkapan syukur atas berkat yang telah diberikan Tuhan. 

Paulus mengingatkan dalam 1 Korintus 10:31 bahwa segala sesuatu yang kita lakukan, termasuk makan dan minum, hendaknya dilakukan untuk kemuliaan Allah.

Tradisi syukuran ini juga mencerminkan nilai kebersamaan dan solidaritas. Dalam Roma 12:10, umat Kristen diajak untuk saling mengasihi dan mendahulukan kepentingan sesama. 

Berkumpul dalam doa dan syukuran menguatkan ikatan komunitas, sekaligus menjadi kesempatan untuk mendukung satu sama lain secara rohani maupun emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun