puing-puing reruntuhan, aku berpijak.Â
Di antaraDalam rintihan dan tangisan lirih, aku merasa tak berdaya.
Semua seakan telah tertutup. Pintu-pintu harapan sulit kucari, dan aku mulai lelah mencarinya.
Sakit dan pedih kurasakan, beban yang sarat tak lagi mampu kupikul.
Aku duduk diam di atas batu, di tengah aliran sungai kecil.
Di kanan dan kiri, air mengalir gemericik, menyapaku lembut, memecahkan kebuntuanku.Â
Aku hanya ingin melepaskan penat dan beban yang begitu berat ini.
Sejenak, aku merasa seperti anak kecil---tertawa bebas, menikmati kembali keindahan Sang Pencipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H