Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaum Pria Sebagai Pilar Pertumbuhan Iman

19 Desember 2024   00:19 Diperbarui: 19 Desember 2024   22:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaum pria, terutama para bapak, memiliki peran strategis dalam kehidupan gereja. Mereka bukan hanya kepala keluarga, tetapi juga teladan iman bagi keluarga dan komunitas gereja. 

Sebagai pilar utama, kaum pria dipanggil untuk memimpin, melayani, dan memperkokoh fondasi spiritual gereja melalui hidup yang mencerminkan nilai-nilai Kristus.

Peran Kaum Bapak dalam Gereja

Pada bulan Desember ini, Komisi Bapak Gereja Efata Salatiga mengadakan perayaan Natal dengan semangat sukacita (18/12/24). Perayaan ini menjadi momen istimewa yang mempertemukan para bapak gereja dalam kebersamaan dan refleksi iman. 

Acara tersebut tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi ruang untuk memperkuat peran mereka sebagai pemimpin rohani dalam keluarga dan gereja.

Kaum Bapak yang hadir dalam Natal berpoto bersama Pdt Yulia Santosa (Poto Andre)
Kaum Bapak yang hadir dalam Natal berpoto bersama Pdt Yulia Santosa (Poto Andre)
Bapak Karno, salah satu majelis Gereja GPIAI Efata, memimpin pujian Natal dengan penuh semangat. Iringan musik yang harmonis dari tim musik gereja, termasuk Dwiki dan Alex, menambah kehangatan suasana. 

Lagu-lagu Natal yang dikumandangkan menyatukan hati para bapak dalam penyembahan kepada Allah yang telah melawat umat-Nya melalui kelahiran Yesus Kristus.

Ketokohan Imam Zakharia

Dalam acara ini, Pdt. Yulia Santosa menyampaikan pesan Natal yang didasarkan pada Lukas 1:68-78. Ia menyoroti peran tokoh pria dalam sejarah kelahiran Yesus, khususnya Zakharia. 

Pesan ini membawa sudut pandang baru tentang peran penting kaum pria dalam peristiwa Natal yang sering kali lebih berfokus pada tokoh perempuan seperti Maria dan Elizabeth.

Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis, menjadi pusat perhatian dalam pesan Natal ini. 

Dalam renungannya, Pdt. Yulia mengajak jemaat untuk melihat bagaimana Zakharia, melalui nyanyiannya yang dikenal sebagai Benedictus, menyampaikan pujian kepada Allah yang penuh kasih. 

Nyanyian itu mencerminkan iman dan pengharapan yang besar akan rencana Allah bagi umat manusia.

Sebagaimana dinyatakan dalam Lukas 1:68-78, Zakharia memuji Allah yang telah melawat umat-Nya dengan kasih dan kuasa-Nya. 

Ia bersyukur atas penggenapan janji Allah yang membebaskan umat-Nya dari dosa dan membawa terang kepada mereka yang hidup dalam kegelapan. 

Rencana Allah bagi Uma-Nya

Dalam nyanyian itu, terlihat bahwa Zakharia tidak hanya menerima kasih karunia Allah, tetapi juga menyatakannya dengan penuh keyakinan.

Penampilan Bapak Karno dalam memimpin Ibadah Natal KOMPAK (Poto Andre)
Penampilan Bapak Karno dalam memimpin Ibadah Natal KOMPAK (Poto Andre)
Melalui refleksi ini, Pdt. Yulia menekankan bahwa kasih Allah tidak memandang gender. Dalam sejarah keselamatan, baik pria maupun wanita memiliki peran penting. 

Zakharia menjadi contoh bagaimana seorang pria dapat menunjukkan iman yang kokoh dan memberikan dampak besar dalam rencana Allah. Hal ini menjadi teladan bagi para bapak gereja untuk terus hidup dalam kasih dan kebenaran Allah.

Perayaan Natal kaum bapak ini juga menjadi pengingat bahwa setiap pria dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di tengah keluarga dan gereja. 

Sebagaimana Zakharia setia pada panggilannya, para bapak juga diajak untuk menjalani hidup yang memuliakan Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Kaum Bapak sebagai Teladan Iman

Ev. Gideon Benu, selaku Ketua Komisi Bapak Gereja Efata Salatiga, berharap melalui perayaan Natal ini, iman kaum bapak semakin dikokohkan sebagai soko guru gereja. 

Ia menekankan pentingnya peran pria yang beriman dalam menjaga dan membangun gereja yang kuat. Menurutnya, kaum bapak memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi teladan dalam kehidupan rohani, mencerminkan kasih Kristus di tengah keluarga dan masyarakat.

Dalam dunia yang sering kali mengaburkan peran pria dalam keluarga dan masyarakat, gereja hadir untuk menguatkan kembali identitas mereka sebagai pemimpin rohani yang takut akan Tuhan.

Komunitas dalam Menumbuhkan Iman

Komisi Bapak Gereja Efata Salatiga membuktikan bahwa Natal dapat menjadi momen yang membangun, tidak hanya secara spiritual, tetapi juga dalam mempererat hubungan antaranggota gereja. 

Kebersamaan dalam iman ini menjadi fondasi untuk terus melangkah dalam pelayanan kepada Allah dan sesama. Sebagaimana Zakharia yang bernyanyi penuh syukur, para bapak diajak untuk menyatakan iman mereka melalui tindakan nyata. 

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka dapat menjadi berkat dengan mengasihi, memimpin, dan melayani keluarga serta gereja.

Melalui momen Natal ini, gereja kembali mengingatkan bahwa kasih Allah bersifat universal, melampaui batas gender, status, maupun usia. 

Natal kaum bapak ini menjadi simbol bahwa semua umat dipanggil untuk hidup dalam terang kasih Allah yang membebaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun