Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Meluruskan Tradisi: Tahun Kelahiran Yesus, dan Kunjungan Orang Majus dari Timur

14 Desember 2024   13:05 Diperbarui: 14 Desember 2024   15:02 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bayi Yesus di Kandang Domba (PIXABAY.COM/Geralt)

Kelahiran Yesus Kristus di Betlehem merupakan peristiwa yang tidak hanya penting dalam konteks sejarah dunia, tetapi juga memiliki makna yang mendalam bagi umat Kristen. 

Yesus lahir dalam keadaan yang sederhana, di tengah kesulitan dan keterbatasan dunia ini. Bayi Yesus yang terbaring di sebuah palungan domba mengingatkan kita akan kerendahan hati Allah yang memilih untuk datang ke dunia ini dengan cara yang tidak seperti yang dibayangkan oleh banyak orang. 

Sebagai Raja, Dia memilih untuk lahir dalam kesederhanaan, mengajarkan bahwa kuasa Tuhan tidak selalu terlihat dalam kemegahan, tetapi sering kali hadir dalam kesederhanaan dan kerendahan hati.

Kelahiran Yesus bukan hanya tentang seorang bayi yang lahir ke dunia, tetapi juga tentang kasih Allah yang nyata bagi umat manusia. Dalam Injil Yohanes 3:16, kita diajarkan bahwa Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga Dia mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan umat manusia. 

Tahun Kelahiran Yesus

Secara historis, tahun kelahiran Yesus tidak tercatat dengan pasti. Banyak ahli sepakat bahwa kelahiran Yesus terjadi sekitar 6-4 SM, berdasarkan informasi yang terdapat dalam Injil Matius dan Lukas mengenai pemerintahan Raja Herodes dan sensus yang dilakukan oleh Quirinius. 

Meskipun tanggal pastinya tidak diketahui, yang jelas adalah bahwa kelahiran Yesus terjadi pada masa pemerintahan Herodes yang agung, sebelum kematiannya pada tahun 4 SM. Penentuan tahun kelahiran ini membantu para ahli untuk menyusun kronologi sejarah Yesus dengan lebih akurat.

Tanggal 25 Desember dipilih oleh Gereja Kristen pada abad ke-4 sebagai hari perayaan kelahiran Yesus, meskipun tidak ada bukti sejarah yang mendukung bahwa Yesus benar-benar lahir pada tanggal tersebut. Pemilihan tanggal ini dikaitkan dengan upaya Gereja untuk menggantikan perayaan festival Sol Invictus (Matahari Tak Terkalahkan) yang diadakan oleh Romawi pada tanggal yang sama. 

Dengan memilih tanggal ini, Gereja ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah "Matahari Kebenaran" yang lebih besar dari matahari yang disembah dalam festival tersebut. Ini juga melambangkan kemenangan terang Kristus atas kegelapan dunia.

Perenungan tentang Kehadiran Tuhan di Dunia

Meskipun tanggal 25 Desember tidak dapat dipastikan sebagai hari kelahiran Yesus, Natal tetap menjadi momen penting bagi umat Kristen untuk merenungkan kedatangan Tuhan ke dunia ini. 

Dalam tradisi Kristen, Natal bukan hanya tentang merayakan kelahiran seorang bayi, tetapi juga tentang merenungkan makna kedatangan Kristus sebagai Sang 

Terang yang membawa harapan dan keselamatan bagi umat manusia. Ini adalah waktu untuk merenungkan bagaimana Tuhan memilih untuk hadir di dunia dalam kesederhanaan dan bagaimana kita dapat menerima kedatangan-Nya dengan hati yang penuh kasih dan rendah hati.

Perayaan Natal lebih dari sekadar tradisi yang dilakukan setiap tahun. Bagi umat Kristen, Natal adalah waktu yang penuh makna spiritual. Ini adalah saat untuk mengingat kembali kasih Allah yang datang ke dunia dalam bentuk seorang bayi yang sederhana.

Perjalanan Orang Majus

Salah satu elemen penting dalam cerita kelahiran Yesus adalah kedatangan orang Majus dari Timur. Mereka bukanlah orang Yahudi, melainkan ilmuwan atau astrolog dari bangsa lain yang datang jauh-jauh untuk menyembah Yesus. 

Kehadiran orang Majus ini sangat simbolis, karena mereka mengakui Yesus sebagai Raja dan Tuhan, meskipun mereka berasal dari luar Israel. Ini menunjukkan bahwa kelahiran Yesus bukan hanya untuk bangsa Israel, tetapi untuk semua bangsa. 

Kunjungan orang Majus menjadi tanda bahwa Kristus adalah Juruselamat bagi umat manusia di seluruh dunia, tidak terbatas pada satu kelompok etnis atau bangsa saja.

Orang Majus membawa tiga hadiah untuk bayi Yesus: emas, dupa, dan mur. Setiap hadiah ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Emas melambangkan keilahian dan kekuasaan Yesus sebagai Raja. 

Dupa, yang digunakan dalam ibadah, melambangkan penyembahan dan penghormatan kepada Yesus sebagai Tuhan. Sementara itu, mur, yang digunakan untuk pemakaman, melambangkan penderitaan yang akan dihadapi Yesus di kemudian hari, terutama penderitaan di kayu salib. 

Ketiga hadiah ini menggambarkan siapa Yesus sebenarnya: Raja, Tuhan, dan Mesias yang datang untuk menyelamatkan umat manusia melalui pengorbanan-Nya.

Waktu Kedatangan Orang Majus: Ketika Yesus Masih Bayi

Dalam Injil Matius, orang Majus datang kepada Yesus saat Dia masih bayi, tetapi kemungkinan besar Yesus sudah berusia beberapa bulan ketika mereka tiba. 

Mereka menemukan Yesus di sebuah rumah di Betlehem, bukan di kandang domba, yang menunjukkan bahwa kelahiran Yesus telah terjadi beberapa waktu sebelumnya. Hal ini berdasarkan Matius 2:11, yang menyebutkan bahwa orang Majus "masuk ke dalam rumah" dan melihat bayi Yesus bersama Maria, ibu-Nya. 

Ini berbeda dengan gambaran populer yang seringkali menggambarkan orang Majus datang tepat pada malam kelahiran Yesus.

Keputusan untuk menemukan Yesus di rumah menunjukkan bahwa keluarga Yesus mungkin telah pindah dari kandang domba ke tempat yang lebih layak dalam waktu beberapa bulan setelah kelahiran-Nya. 

Ini juga mengindikasikan bahwa orang Majus tidak datang segera setelah kelahiran-Nya. Menurut Matius, setelah mendengar tentang kelahiran Yesus dari bintang yang menuntun mereka, orang Majus melakukan perjalanan jauh untuk menyembah-Nya, yang kemungkinan besar memerlukan waktu beberapa bulan. 

Karena itu, meskipun tradisi Natal sering menggambarkan mereka datang pada malam kelahiran, secara historis, kunjungan orang Majus kemungkinan besar terjadi beberapa waktu setelah Yesus lahir.

Kunjungan orang Majus mengajarkan kita tentang pentingnya menyembah Kristus sebagai Raja dan Tuhan, tidak hanya dari bangsa Israel, tetapi juga dari seluruh umat manusia. Orang Majus, meskipun berasal dari bangsa lain, datang dengan penuh penghormatan untuk menyembah Yesus. 

Ini menunjukkan bahwa kedatangan Kristus membuka jalan bagi semua orang untuk mengenal-Nya dan mengalami kasih serta keselamatan-Nya. Natal adalah waktu untuk kita juga merenungkan bagaimana kita menyambut Kristus dalam hidup kita dan bagaimana kita dapat membawa kabar baik-Nya kepada dunia.

Merenungkan Kasih Kristus

Natal mengajak kita untuk merenungkan lebih dalam tentang kasih Kristus yang datang ke dunia ini untuk menyelamatkan umat manusia. Kehadiran Kristus adalah jawaban bagi segala pencarian umat manusia akan pengharapan dan keselamatan. 

Natal bukan hanya tentang perayaan dengan hadiah dan dekorasi, tetapi juga tentang merenungkan pengorbanan Tuhan yang memilih untuk hadir di dunia ini dalam bentuk seorang bayi. 

Selain menjadi perayaan kelahiran Yesus, Natal juga merupakan panggilan untuk menjadi saksi Kristus di dunia ini. Seperti halnya orang Majus yang datang untuk mencari dan menyembah Yesus, kita juga dipanggil untuk terus mencari Kristus dalam hidup kita dan menyebarkan kasih-Nya kepada orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun