Kombinasi kedua jenis teh ini sering menjadi pilihan utama dalam tradisi wedangan, mencerminkan kekayaan cita rasa teh lokal.
Gula Batu dan Pasar Tradisional
Di Gunungkidul, menikmati teh teko (poci) yang dikenal dengan sebutan nasgitel—singkatan dari panas, legi, kenthel—biasanya dipadukan dengan gula batu.Â
Tradisi ini sangat lazim dijumpai di pasar-pasar tradisional, seperti Pasar Wage Ngenep di Semanu.
Rasa teh yang khas, berpadu dengan manisnya gula batu, menciptakan sensasi yang menenangkan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya wedangan masyarakat setempat.
Warung-warung di pasar tersebut menyediakan teh yang disajikan dengan gula batu, menciptakan rasa manis yang lembut dan khas.
Sebelum diminum, cangkir teh sering kali diaduk perlahan, memberikan waktu bagi penikmatnya untuk menikmati aroma teh yang semerbak.Â
Salah seorang perantau bernama Supar yang baru pulang ke kampung halamannya di Gunungkidul mengungkapkan rasa rindunya akan tradisi ini.
"Saya benar-benar kangen menikmati teh pecut di pasar Kliwon Semanu. Rasanya teh di sini punya aroma yang tidak pernah bisa saya temukan di tempat lain," katanya sambil menikmati cangkir teh hangatnya.
Wedangan tidak lengkap tanpa kehadiran camilan khas sebagai pelengkap. Puli tempe dan pisang goreng menjadi pilihan favorit masyarakat.Â