Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bahaya Kekosongan Rohani

2 Desember 2024   08:10 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:37 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lukas 11:24-26 menggambarkan bahaya kekosongan rohani dalam kehidupan manusia. Ketika roh jahat keluar dari seseorang, ia "mengembara" mencari tempat perhentian. 

Hal ini menunjukkan bahwa kuasa gelap selalu mencari kesempatan untuk kembali menguasai hidup yang tidak dijaga. 

Jika hati manusia dibiarkan kosong tanpa kehadiran Tuhan, roh jahat dapat kembali dengan kekuatan yang lebih besar, seperti yang digambarkan dengan tujuh roh lain yang lebih jahat.

Manusia yang telah dibebaskan dari dosa atau belenggu spiritual memiliki tanggung jawab untuk menjaga kebebasan tersebut. 

Kekosongan rohani adalah kondisi yang berbahaya karena menjadi ladang subur bagi kuasa jahat untuk berakar kembali. Oleh sebab itu, kita perlu mengisi kehidupan dengan hal-hal rohani yang berkenan kepada Allah.

Pentingnya Mengisi Kehidupan dengan Roh Kudus

Rumah yang "bersih tersapu dan rapi teratur" melambangkan hati yang telah dipulihkan. Namun, pemulihan saja tidak cukup. 

Dalam kekosongan, meskipun hati terlihat teratur, itu tidak berarti aman. Kekosongan tersebut harus diisi dengan kehadiran Roh Kudus agar menjadi benteng melawan kuasa gelap.

Mengisi hidup dengan Roh Kudus mencakup membangun relasi yang intim dengan Allah. Melalui doa, pembacaan Alkitab, dan pelayanan, kita membuka hati agar Roh Kudus berdiam dan memimpin hidup kita. 

Hal ini adalah cara untuk memastikan bahwa kekosongan rohani tidak terjadi, sehingga kehidupan kita tetap berada di dalam perlindungan Tuhan.

Baca juga: Seberkas Cahaya

Pertobatan yang Aktif dan Berkelanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun