Pilkada Salatiga 2024 menjadi momen penting dalam menentukan arah pembangunan dan kepemimpinan kota untuk lima tahun ke depan.Â
Hasil quick count menunjukkan pasangan Robby-Nina unggul dengan 42,71 persen suara, disusul pasangan Sinoeng N. Rachmadi-Budi Santoso dan Juan Rama-Sri Wahyuni.Â
Di tengah dinamika politik lokal, isu-isu seperti politik uang, pengaruh intervensi kekuasaan, dan endorsement tokoh nasional, termasuk Joko Widodo, turut menjadi perhatian.Â
Fenomena ini mencerminkan tantangan demokrasi di tingkat daerah, di mana kualitas pemilu diuji tidak hanya dari segi partisipasi masyarakat. Namun juga memerhatikan sejauh mana prosesnya bebas dari tekanan dan tetap mengedepankan aspirasi rakyat secara murni.
Tantangan Demokrasi Sehat
Pilkada ini tidak hanya menjadi ajang memilih pemimpin, tetapi juga cerminan sejauh mana demokrasi dapat berjalan secara sehat di tengah berbagai tantangan, termasuk isu politik uang, intervensi kekuasaan, dan pengaruh endorsement tokoh seperti Jokowi.Â
Demokrasi sehat memberikan ruang bagi masyarakat untuk memilih secara bebas tanpa tekanan atau pengaruh eksternal yang merusak independensi pilihan.Â
Kenyataan politik sering kali tidak sesederhana itu. Dalam beberapa kasus, praktik politik uang masih menjadi ancaman serius, mencederai nilai-nilai demokrasi.
Politik uang tidak hanya melemahkan moralitas pemilu, tetapi juga mengalihkan perhatian dari program substantif calon kepada hal-hal materiil. Â
Pengaruh Tingkat Nasional
Dalam pelaksanaan Pilkada Salatiga, pengaruh politik tingkat atas bisa saja memainkan peranan penting, baik secara langsung maupun tidak langsung.Â
Misalnya, dukungan terbuka dari pejabat tinggi atau tokoh nasional dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam kompetisi.Â
Endorsement Jokowi, sebagai mantan Presiden yang masih memiliki pengaruh di tingkat nasional dan daerah, menjadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi persepsi publik terhadap pasangan tertentu.Â
Endorsement semacam ini, meskipun tidak dilarang secara hukum, dapat menimbulkan kesan bahwa pemilu lokal bukan hanya tentang aspirasi masyarakat daerah, tetapi juga bagian dari kalkulasi politik nasional.Â
Elektabilitas Calon
Dampak dari dukungan seorang tokoh seperti Jokowi sering kali terlihat dalam peningkatan elektabilitas calon yang diendorse, terlepas dari program atau visi-misi mereka.Â
Hal ini dapat memengaruhi keadilan kompetisi dan memunculkan perdebatan tentang sejauh mana pengaruh eksternal semestinya diizinkan dalam proses politik lokal.Â
Masyarakat Salatiga memiliki peran penting untuk menjaga integritas pemilu. Pemilih yang kritis dapat menjadi benteng melawan politik uang dan pengaruh eksternal yang berlebihan.Â
Dengan memilih berdasarkan gagasan, rekam jejak, dan visi calon, pemilih menunjukkan bahwa demokrasi dapat berjalan sesuai prinsip-prinsip dasarnya.
Kepercayaan Publik kepada Penyelenggara Pemilu
Peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga menjadi sangat penting. KPU perlu memastikan bahwa setiap tahapan pemilu berjalan transparan dan bebas dari intervensi kekuasaan.Â
Pengawasan ketat terhadap penggunaan anggaran kampanye dan pelaporan dugaan pelanggaran, termasuk politik uang atau pengaruh kekuasaan, dapat membantu menjaga kepercayaan publik terhadap proses pemilu.Â
Selain itu, media massa harus berfungsi sebagai penyedia informasi yang netral dan edukatif.Â
Media perlu mengedepankan peliputan yang adil dan menyeluruh terhadap semua pasangan calon, tanpa memberikan porsi berlebihan kepada salah satu pihak karena pengaruh politik tertentu.Â
Hal ini penting untuk menjaga agar masyarakat dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang lengkap dan tidak bias.Â
Perlunya Kompetisi yang Sehat
Pasangan calon juga memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kualitas demokrasi.Â
Mereka dituntut untuk menjauhkan diri dari praktik-praktik tidak etis seperti politik uang atau memanfaatkan hubungan dengan tokoh berpengaruh untuk mengamankan kemenangan.Â
Kompetisi yang sehat dan berbasis ide harus menjadi landasan setiap upaya meraih dukungan masyarakat.Â
Jika pasangan Robby-Nina yang diunggulkan dalam quick count berhasil memenangkan Pilkada secara resmi, kepercayaan yang diberikan masyarakat harus dijaga dengan menjalankan pemerintahan yang transparan, inklusif, dan berorientasi pada kepentingan publik.Â
Mereka harus membuktikan bahwa kemenangan ini bukan hasil dari pengaruh kekuasaan atau praktik yang merugikan demokrasi, melainkan karena kepercayaan masyarakat pada visi dan misi mereka.
Pedang Bermata Dua
Intervensi kekuasaan dan endorsement tokoh seperti Jokowi dapat menjadi pedang bermata dua.Â
Di satu sisi, dukungan tersebut dapat meningkatkan legitimasi pasangan calon tertentu. Namun, di sisi lain, hal ini juga bisa mereduksi otonomi pemilih lokal dan memunculkan skeptisisme terhadap hasil pemilu.Â
Oleh karena itu, keberlanjutan demokrasi di Salatiga membutuhkan keterlibatan semua pihak untuk menjaga agar pemilu benar-benar menjadi cerminan aspirasi masyarakat.Â
Pilkada Salatiga adalah momentum untuk merefleksikan nilai-nilai demokrasi dan komitmen semua pihak terhadap keadilan dalam proses politik.Â
Masyarakat sebagai pemilih perlu memastikan bahwa suara mereka dihormati, lebih dari itu para tokoh lokal dan nasional harus membangun masa depan kota yang lebih demokratis dan berkeadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H