Pengangguran menjadi persoalan besar yang dihadapi Indonesia, khususnya bagi generasi milenial. Dengan angka pengangguran yang mencapai 7,9 juta orang pada Februari 2023 menurut BPS, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasinya, termasuk penyelenggaraan job fair oleh kampus, lembaga, hingga kementerian.Â
Job fair ini diadakan secara virtual maupun langsung, namun efektivitasnya dalam menurunkan pengangguran masih menjadi pertanyaan besar.
Job fair online menawarkan berbagai kemudahan. Dengan hanya bermodalkan akses internet, pelamar dapat mengikuti acara ini dari mana saja tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi.Â
Selain itu, pelamar bisa melamar ke berbagai perusahaan dalam satu platform, menghemat waktu dan usaha. Keuntungan ini diperkuat dengan tambahan sesi webinar dan pelatihan yang meningkatkan kesiapan pelamar menghadapi dunia kerja.
Salah satu platform job fair online yang dikenal adalah Karirhub dari Kemnaker. Platform ini melibatkan lebih dari 2.605 perusahaan untuk membuka peluang kerja.Â
Selain itu, Menteri Ketenagakerjaan juga merencanakan job fair mingguan sebagai solusi menekan angka pengangguran. Namun, harapan besar ini dibayangi tantangan mendasar: apakah pendekatan ini benar-benar efektif?
Kesenjangan Kompetensi dan Job Mismatch
Fenomena job mismatch menjadi akar persoalan pengangguran di Indonesia. Ketidaksesuaian antara kualifikasi pelamar dan kebutuhan perusahaan membuat banyak lulusan sulit terserap di pasar kerja. Hal ini diperparah oleh orientasi lembaga pendidikan yang lebih fokus menghasilkan lulusan berijazah daripada tenaga siap kerja.
Masalah ini menunjukkan bahwa hanya menyediakan platform seperti job fair tidak cukup. Diperlukan usaha yang lebih besar untuk mengatasi kesenjangan ini, seperti memperkuat link and match antara pendidikan dan kebutuhan industri.
Tantangan dalam Pelaksanaan Job Fair Mingguan