Iman seringkali dipandang sebagai hal yang bersifat spontan, penuh perasaan, dan kadang di luar nalar manusia. Dalam kenyataannya, iman yang sejati tidak bertentangan dengan rasio atau logika.Â
Nalar yang Mendalam
Iman yang kuat justru membutuhkan pemahaman yang mendalam, pertimbangan yang matang, dan perencanaan yang terarah.Â
Iman bukanlah suatu hal yang serampangan atau sekadar berdasarkan emosi sesaat, melainkan suatu keputusan hidup yang memerlukan nalar dan perhitungan yang bijaksana.
Salah satu aspek yang paling penting dalam iman adalah adanya nalar yang mendalam. Iman yang rasional tidak akan mengabaikan kenyataan dan kondisi yang ada, tetapi justru mampu menghadapinya dengan penuh kesadaran.Â
Misalnya, seorang yang beriman tidak akan menerobos rintangan hidup dengan cara yang sembrono, tetapi akan memanfaatkan pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki untuk mencari solusi yang tepat.Â
Dalam hal ini, iman menjadi dasar untuk mengambil keputusan yang bijak, bukan hanya berdasarkan perasaan atau dorongan sesaat.
Perhitungan Secara Matang
Iman yang rasional juga mengharuskan adanya perhitungan matang. Dalam setiap langkah hidup, seorang yang beriman harus mampu melihat dengan jernih apa yang menjadi tujuan dan apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya.Â
Ini mencakup pemahaman yang mendalam tentang siapa diri kita, apa yang Tuhan inginkan, dan bagaimana kita dapat mencapai tujuan hidup kita.Â
Sebagaimana seorang perencana yang menyusun strategi untuk masa depan, seorang yang beriman perlu melakukan hal yang sama---merancang langkah-langkah yang tepat, berdasarkan pemahaman dan keyakinan yang kuat.