Di akhir siklus, tenaga kerja juga dibutuhkan untuk memanen padi dengan hati-hati agar menghasilkan gabah yang berkualitas.
Tantangan Biaya Produksi dan Harga Gabah
Meskipun potensi produksi tinggi, petani di Sidorejo menghadapi tantangan besar dalam hal biaya produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja menjadi salah satu komponen terbesar selain benih, pupuk, dan pestisida.Â
Dengan rata-rata biaya produksi mencapai Rp 5 juta per hektar per musim tanam, fluktuasi harga gabah di pasar menambah tantangan bagi para petani.Â
Harga gabah kering yang berkisar pada Rp 6.422,26 kilogram pada bulan oktober 2024, tidak selalu mampu menutup biaya produksi, terutama ketika hasil panen tidak maksimal atau harga gabah mengalami penurunan.
Sistem penjualan hasil panen, baik melalui pengepul dengan sistem tebas langsung di sawah atau dijual dalam bentuk gabah kering, menjadi pilihan petani untuk mengatasi tantangan pasar.Â
Namun, ketergantungan pada pengepul sering membuat petani tidak memiliki posisi tawar yang kuat dalam menentukan harga jual, yang berdampak pada pendapatan mereka.
Dukungan Infrastruktur Pengairan yang Stabil
Salah satu kekuatan pertanian padi di Sidorejo adalah adanya sistem irigasi yang stabil. Infrastruktur pengairan yang terjaga dengan baik memungkinkan petani untuk mendapatkan pasokan air yang cukup sepanjang tahun.Â
Hal ini sangat penting, terutama pada musim kemarau ketika curah hujan berkurang dan risiko gagal panen meningkat. Dengan dukungan pengairan yang memadai, petani di Sidorejo dapat menjaga produktivitas lahan sawah.Â
Dukungan dari pemerintah dalam hal pemeliharaan dan perbaikan jaringan irigasi menjadi faktor penting dalam menjaga ketersediaan air untuk lahan pertanian.Â