Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menilik Kejayaan Sritex: Dulu Berkibar, Kini Butuh Penyelamatan

30 Oktober 2024   13:08 Diperbarui: 30 Oktober 2024   14:41 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pailitnya PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) adalah gambaran tragis dari perjalanan sebuah raksasa industri yang pernah berjaya. 

Sebagai produsen seragam militer untuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan tentara Jerman, Sritex telah menunjukkan kapasitas dan kualitasnya dalam memproduksi tekstil. 

Memiliki lebih dari 50 tahun pengalaman, Sritex pernah selamat dari Krisis Moneter di tahun 1998 dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya hingga delapan kali lipat sejak terintegrasi pada tahun 1992. 

Pionir Pasar Tekstil

Kejayaan masa lalu Sritex tidak terlupakan, terutama ketika mereka menjadi pionir dalam teknologi pewarnaan dan pencetakan kain yang berkualitas tinggi, serta mendominasi pasar tekstil domestik dan internasional.

Sebagai penyerap modal tenaga kerja di tingkat menengah, Sritex mempekerjakan lebih dari 12.000 tenaga kerja ahli, dilengkapi dengan mesin jahit berkualitas tinggi dan teknologi potong digital yang efisien. 

Dengan pengalaman lebih dari 50 tahun dalam pewarnaan dan printing kain, Sritex telah memimpin sebagai produsen tekstil kelas dunia.

Sritex juga dikenal dengan desain yang apik, pengerjaan yang teliti, dan kenyamanan yang tinggi. Produknya dipasarkan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga kepada perusahaan tekstil besar di luar negeri seperti Turki dan Tiongkok. 

Di sisi lain, ketergantungan pada pasar internasional dapat menjadi pedang bermata dua, terutama ketika kondisi ekonomi global tidak mendukung.

Persoalan Sritex

Namun, realitas pahit yang dihadapi perusahaan ini, dengan total utang mencapai US$1,6 miliar, mencerminkan kompleksitas tantangan yang dihadapi dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif. 

Kegagalan Sritex untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada kreditur mengingatkan kita bahwa kesuksesan di masa lalu tidak menjamin keberlanjutan di masa depan. 

Ketika perusahaan terjebak dalam siklus utang yang menggunung, di mana bunga utang bank dan obligasi mendominasi, risiko kebangkrutan menjadi semakin nyata.

Kejatuhan Sritex juga menyoroti pentingnya diversifikasi dalam strategi bisnis. Ketergantungan pada satu jenis produk atau klien tertentu dapat menjadi bumerang jika kondisi pasar berubah atau jika ada persaingan yang lebih kuat. 

Dilema Permendag

Iwan S Lukminto, Komisaris Utama Sritex, menyebutkan dampak negatif dari Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 yang memungkinkan produk impor membanjiri pasar domestik. 

Kebijakan ini, meskipun mungkin memiliki niat baik, telah menyebabkan persaingan yang tidak sehat bagi produsen lokal.

Pakaian Seragam tentara buatan Sritex / sritex.co.id
Pakaian Seragam tentara buatan Sritex / sritex.co.id

Meskipun Sritex menerima berbagai penghargaan, seperti Best Performance Listed Companies dan Best Enterprise Achievers pada tahun 2016, tantangan yang dihadapi perusahaan semakin kompleks. 

Pengelolaan utang yang tidak efisien dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi keberlangsungan perusahaan, terutama dalam industri yang sangat bergantung pada modal kerja. 

Sritex perlu memikirkan kembali strategi finansial dan mencari cara untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan dan kewajiban utangnya.

Langkah Pemerintahan Prabowo

Kejatuhan Sritex menandakan perlunya perbaikan dalam kebijakan pemerintah yang dapat melindungi industri lokal. Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto ingin menyelamatkan Sritex karena perusahaan tersebut merupakan industri padat karya yang menggunakan banyak tenaga kerja. 

pemerintah perlu berkolaborasi dengan industri untuk menciptakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan tanpa mengorbankan keberlangsungan perusahaan-perusahaan lokal.

Krisis ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah harus memperhatikan kondisi pasar yang lebih luas. Sementara mendorong persaingan global itu penting, melindungi industri lokal juga tak kalah vital. 

Tanpa perlindungan yang memadai, inovasi dan keberlanjutan perusahaan-perusahaan lokal akan terancam, yang pada akhirnya berdampak pada ekonomi dan lapangan kerja di Indonesia.

Dukungan dari pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Keputusan Pengadilan Negeri Semarang yang menyatakan Sritex pailit merupakan sinyal bagi industri tekstil dan bisnis lainnya untuk lebih berhati-hati dalam mengelola utang. 

Kejayaan dan Manajerial

Pelajaran yang bisa diambil adalah bahwa keberlanjutan bisnis tidak hanya bergantung pada sejarah kesuksesan, tetapi juga pada kebijakan manajerial yang tepat, inovasi berkelanjutan, dan pengelolaan risiko yang bijak. 

Kejadian ini menjadi pengingat bagi semua pelaku industri untuk terus beradaptasi dan berkembang agar tidak terjebak dalam jeratan utang yang pada akhirnya dapat menghancurkan fondasi yang telah dibangun dengan susah payah.

Semoga pengalaman Sritex menjadi titik tolak bagi perusahaan-perusahaan lokal untuk berinovasi dan menemukan cara baru dalam memenuhi permintaan pasar yang terus berubah. 

Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan adaptasi yang baik dari pihak perusahaan, harapan untuk kebangkitan industri tekstil Indonesia masih ada. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun