Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghadapi Badai Kehidupan di Era Digital

30 Oktober 2024   07:56 Diperbarui: 30 Oktober 2024   11:37 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kemajuan tekonologi AI/  https://pixabay.com

Membangun kepercayaan kepada Tuhan dan menemukan ketenangan di tengah badai hidup adalah nilai yang terus relevan, bahkan di era digital saat ini. 

Berikut adalah beberapa refleksi terkait bagaimana kita dapat menghidupi nilai iman ini di tengah perubahan dunia digital:

Di era digital, kita dihadapkan pada tantangan yang berbeda dari masa lalu. Badai tidak lagi hanya berbentuk masalah fisik atau finansial; sekarang, banyak dari kita mengalami badai mental, seperti kecemasan berlebihan, depresi, atau ketidakpastian akan masa depan. 

Kondisi ini yang diperburuk oleh informasi yang terus-menerus mengalir dari teknologi dan media sosial.

Saat ini, informasi yang berlimpah dapat menimbulkan kebingungan dan ketakutan, seperti badai yang menerpa hati dan pikiran kita. 

Sebagai orang percaya, kita diajak untuk belajar "beristirahat" seperti Yesus di tengah badai, yaitu dengan menahan diri dari informasi yang tidak perlu dan mendekatkan diri kepada Tuhan untuk memperoleh ketenangan.

Teknologi mengubah cara kita berinteraksi dan bekerja. Sering kali, kecepatan informasi dan tekanan untuk "selalu terkoneksi" membuat kita lupa akan perlunya waktu bersama Tuhan. 

Mengandalkan Tuhan berarti mengakui bahwa teknologi hanyalah alat, sementara iman adalah sumber kekuatan sejati kita.

Kepercayaan di era digital juga diuji. Kita mungkin merasa tidak terlihat atau terlupakan di dunia maya yang serba cepat. Kisah Yesus yang menghardik badai mengajarkan kita bahwa Tuhan melihat, mendengar, dan peduli. 

Membangun kepercayaan yang teguh berarti yakin bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidup kita, baik online maupun offline.

Media sosial dan internet bisa menjadi sumber ketidakstabilan jika tidak diatur dengan bijak. Seperti Yesus yang menghardik badai, kita diajak untuk mengendalikan penggunaan teknologi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun