Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasih Karunia bagi Perempuan Berdosa

23 Oktober 2024   08:05 Diperbarui: 23 Oktober 2024   08:40 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah perempuan berdosa yang diampuni dalam Injil Lukas menawarkan pandangan yang mendalam tentang kasih karunia Allah dan respons manusia terhadap pengampunan-Nya. 

Dalam perikop ini, kita melihat seorang wanita yang dikenal sebagai pendosa besar datang kepada Yesus dengan hati penuh penyesalan dan kasih. 

Sikap Yesus terhadap wanita ini memberikan pelajaran penting bagi kita tentang dosa, pengampunan, dan bagaimana kasih karunia Allah melampaui segala batas.

Status Sosial

Pada zaman Yesus, masyarakat Yahudi sangat mementingkan status sosial dan keagamaan. Mereka yang hidup dalam dosa, terutama pelanggaran moral seperti prostitusi, dianggap sebagai orang buangan. 

Para pemimpin agama seperti orang Farisi terkenal dengan sikap kebenaran diri dan kecenderungan mereka untuk menghakimi orang lain berdasarkan penampilan luar. 

Dalam konteks ini, perempuan dalam kisah ini dilihat sebagai orang yang tidak pantas berhubungan dengan para pemimpin agama atau tokoh penting, apalagi menyentuh Yesus, yang dikenal sebagai seorang guru besar.

Sikap Simon, Orang Farisi

Simon, seorang Farisi yang mengundang Yesus untuk makan di rumahnya, menunjukkan sikap yang umum pada masanya terhadap perempuan berdosa tersebut.

Meskipun ia tidak mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, Yesus membaca pikiran Simon, yang mempertanyakan kenabian Yesus karena membiarkan seorang pendosa mendekati-Nya.

Ini memperlihatkan bahwa Simon, meskipun religius, tidak memahami esensi kasih dan pengampunan yang diajarkan Yesus.

Pengampunan yang Melampaui Hukum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun