Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Pedagang Kaki Lima Mengais Rezeki Pada Malam Hari di Lapangan Pancasila

22 Oktober 2024   19:00 Diperbarui: 22 Oktober 2024   21:22 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang Asongan pada malam hari di Sisi Selatan Lapangan Pancasila Salatiga/ dok. pri.

Jumlah pedagang kaki lima dan asongan di Lapangan Pancasila mencapai puluhan, dan mereka sangat menggantungkan kehidupan ekonomi mereka dari hasil berjualan. 

Setiap harinya, mereka membawa dagangan berupa minuman, makanan ringan, hingga nasi goreng, berharap dapat menarik minat para pengunjung yang datang untuk bersantai atau berolahraga di malam hari. 

Bagi mereka, lapangan ini adalah pusat ekonomi mikro yang menyediakan peluang untuk mencari nafkah di tengah sulitnya kondisi ekonomi. Meskipun tidak selalu ramai, mereka tetap gigih menggelar lapak dan berharap ada pengunjung yang membeli dagangan mereka.

Ketergantungan ekonomi para pedagang ini pada aktivitas jual beli di malam hari sangat besar. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki pekerjaan tetap dan menjadikan usaha kecil-kecilan ini sebagai satu-satunya sumber penghasilan. 

Terkadang mereka dengan modal terbatas, mereka harus bersaing dengan sesama pedagang dan memastikan dagangan mereka menarik perhatian para pengunjung. 

Pendapatan yang diperoleh pun bervariasi, tergantung pada ramai tidaknya malam itu. Saat malam ramai, mereka bisa mendapatkan penghasilan cukup untuk menutup biaya hidup sehari-hari, tetapi ketika sepi, mereka harus berhemat dan mengandalkan tabungan.

Lapangan Pancasila Salatiga pada malam hari/dok.pri
Lapangan Pancasila Salatiga pada malam hari/dok.pri
Bagi para pedagang asongan, tantangannya bahkan lebih besar. Mereka harus bergerak dari satu tempat ke tempat lain, menawarkan barang dagangan kepada pengunjung yang sedang duduk atau berjalan di sekitar lapangan. 

Menjual dengan cara ini membutuhkan usaha ekstra, karena tidak ada lapak tetap yang menarik perhatian secara langsung. Tetapi, dengan kegigihan dan tekad, mereka terus berusaha agar barang dagangan mereka terjual, meskipun persaingan sangat ketat.

Tekanan ekonomi yang dialami para pedagang kaki lima dan asongan ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya harga kebutuhan pokok serta biaya hidup yang semakin tinggi. 

Kondisi ini membuat mereka harus bekerja lebih keras, sering kali hingga tengah malam, demi mencukupi kebutuhan keluarga. Meski keuntungan yang diperoleh tidak selalu besar, mereka tetap bersyukur bisa bertahan dan menjalankan usaha di tengah berbagai tantangan.

Dalam situasi ini, keberlangsungan hidup mereka sangat bergantung pada konsistensi jumlah pengunjung yang datang ke Lapangan Pancasila. Mereka berharap, terutama pada malam-malam akhir pekan atau saat ada acara khusus di lapangan, pengunjung akan lebih banyak dan dagangan mereka laris terjual. 

Bagi mereka, malam yang ramai bisa menjadi penyelamat ekonomi dan memberikan sedikit kelonggaran untuk hari-hari berikutnya.

Meski harus berjuang di tengah ketidakpastian, para pedagang kaki lima dan asongan ini tetap optimis dan terus bertahan. Mereka menunjukkan semangat juang yang tinggi, meskipun kondisi ekonomi sering kali tidak berpihak. 

Lapangan Pancasila menjadi saksi bisu bagaimana puluhan pedagang ini berusaha untuk tetap hidup dan memberikan yang terbaik bagi keluarga mereka, melalui kerja keras dan ketekunan yang tak pernah pudar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun