Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengatasi Konflik dalam Pernikahan: Jalan Menuju Pemulihan Keluarga

20 Oktober 2024   08:53 Diperbarui: 20 Oktober 2024   19:33 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pasangan Suami  -isteri yang mengalami konflik/ https://es.vecteezy.com

Di tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat, tantangan yang dihadapi keluarga di era digital semakin kompleks. 

Meski teknologi memberikan banyak kemudahan, ia juga sering kali menjadi sumber perpecahan dan konflik dalam hubungan. 

Oleh karena itu, penting untuk mengingat kembali makna sejati dari keluarga dan pernikahan, seperti yang disampaikan dalam renungan Pdm. Yulia Santosa dalam ibadah raya di Gereja Pantekosta Isa Almasih Indonesia Efata Salatiga baru-baru ini (20/10/24).

Kisah Cinta Yakub 

Kisah Yakub, Lea, dan Rahel dari kitab Kejadian memberikan gambaran yang kuat tentang dinamika dalam pernikahan dan keluarga. 

Yakub harus berjuang keras selama 14 tahun untuk mendapatkan Rahel, yang menunjukkan bahwa cinta sejati memerlukan pengorbanan dan kesabaran. 

Perjalanan Yakub juga mencerminkan realita bahwa pernikahan tidak selalu berjalan mulus. 

Performance dari Persekutuan Keluarga Muda GPIAI Efata/ dok.pri
Performance dari Persekutuan Keluarga Muda GPIAI Efata/ dok.pri

Adanya Lea, yang tidak dicintai oleh Yakub, menunjukkan bahwa cinta tidak bisa dipaksakan dan kadang hubungan dibangun di atas tantangan yang harus dihadapi bersama.

Salah satu sorotan penting dari kisah ini adalah keteguhan hati Lea dalam menghadapi berbagai kesulitan. Meskipun ia tidak dicintai seperti Rahel, Lea tetap percaya pada rencana Allah dalam hidupnya. 

Dalam keadaan yang tampaknya tidak menguntungkan, ia berusaha untuk menemukan makna dan tujuan, bahkan melahirkan anak-anak sebagai bentuk pengharapan dan pengabdian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun