Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Janji Politik dan Pepesan Kosong

14 Oktober 2024   15:09 Diperbarui: 16 Oktober 2024   08:11 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: biaya politik/ https://kesbangpol.kulonprogokab.go.id

Dalam beberapa tahun terakhir, rakyat telah dihadapkan pada realitas pahit yang harus mereka renungkan. 

Kondisi ekonomi yang sulit menjadi latar belakang kehidupan sehari-hari, di mana banyak dari mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar. 

Dalam situasi ini, pemberian janji politik yang manis tidak lagi bisa diterima sebagai solusi. Rakyat membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata; mereka membutuhkan tindakan nyata.

Praktik Money Politic yang Merusak Integritas Demokrasi

Janji-janji politik yang menggebu menjelang pemilu sering kali terdengar seperti lagu lama yang tidak pernah memberikan perubahan nyata. 

Sementara itu, amplop uang yang ditawarkan sebagai bentuk "bantuan" hanya menyamarkan masalah yang lebih besar. 

Uang tunai yang tidak sebanding dengan jeritan dan perjuangan mereka selama bertahun-tahun hanya memberikan kepuasan sesaat. 

Ini adalah penghinaan terhadap intelektualitas rakyat yang ingin dilihat sebagai partisipan aktif dalam pembangunan bangsa.

Reformasi Peraturan untuk Demokrasi yang Sehat

Untuk membangun demokrasi yang sehat, kita harus berani menata kembali peraturan perundangan yang ada. 

Proses legislasi tidak seharusnya menjadi ajang untuk menguntungkan segelintir orang, tetapi harus berfungsi untuk kepentingan rakyat banyak. 

Dasar hukum yang kuat, seperti UUD 1945 Pasal 27 yang menjamin hak setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, harus dipegang teguh. 

Komitmen terhadap integritas menjadi kunci dalam menciptakan tatanan politik yang adil dan transparan. 

Tanpa adanya upaya serius untuk mereformasi sistem ini, harapan akan perubahan hanya akan menjadi ilusi belaka.

Demokrasi yang Sehat

Menurut ahli politik Larry Diamond, demokrasi yang sehat tidak hanya melibatkan pemilihan yang bebas dan adil, tetapi juga mencakup adanya institusi yang kuat, partisipasi aktif dari masyarakat, dan perlindungan hak asasi manusia. 

Diamond menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan untuk menciptakan kepercayaan publik. 

Tanpa elemen-elemen ini, demokrasi akan rentan terhadap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Membangun Kesadaran Kolektif dalam Berdemokrasi

Akhirnya, kita harus mengingat bahwa demokrasi yang sehat adalah tentang menciptakan iklim di mana semua suara didengar dan dihargai. 

Proses politik tidak boleh didominasi oleh uang, tetapi oleh ide dan visi yang jelas untuk masa depan yang lebih baik. 

Dengan merujuk pada UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang menekankan pentingnya partisipasi masyarakat, kita dapat menciptakan demokrasi yang lebih bermakna. 

Hanya dengan cara ini, kita bisa berharap untuk keluar dari siklus kegagalan yang terus berulang.

Rakyat, saatnya untuk merenung dan beraksi. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam janji-janji yang tidak pernah ditepati. 

Mari kita bangun masa depan dengan integritas, kejujuran, dan komitmen untuk menciptakan demokrasi yang beradab dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun