Bagi orang Kristen saat ini, keberanian seperti itu relevan dalam menghadapi tekanan hidup modern, termasuk godaan, penganiayaan, atau tantangan sosial yang dapat menggoyahkan iman.Â
Kita dipanggil untuk tidak mundur, tetapi berdiri teguh dalam iman dan melayani dengan kasih, bahkan ketika melibatkan pengorbanan pribadi.Â
Melalui keberanian dalam pelayanan, kita tidak hanya menunjukkan komitmen pada Tuhan, tetapi juga memperlihatkan bahwa kita percaya pada penyertaan-Nya dalam setiap perjuangan.
Keberanian ini harus diinternalisasi oleh setiap orang Kristen. Kita perlu berani untuk menyatakan iman kita di tempat kerja, di masyarakat, dan dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan hanya tentang mempertahankan diri, tetapi juga tentang berani melayani orang lain dengan kasih.
Makna Pengorbanan
Pengorbanan dalam pelayanan adalah inti dari kisah di 2 Samuel 23:8-17, terutama terlihat ketika Daud menolak meminum air yang didapatkan dengan mempertaruhkan nyawa oleh para pahlawannya.Â
Tindakan Daud ini menunjukkan bahwa ia menghargai pengorbanan mereka dan tidak ingin merendahkan nilai pengorbanan tersebut dengan menikmatinya untuk dirinya sendiri.
Sebaliknya, ia mempersembahkan air itu kepada Tuhan sebagai tanda kerendahan hati dan rasa hormat atas dedikasi pahlawan-pahlawannya.Â
Ini mengajarkan kita bahwa dalam pelayanan, pengorbanan bukan untuk dimuliakan atau dinikmati secara pribadi, melainkan untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dan sesama.
Dalam konteks gereja dan pelayanan saat ini, kita juga dipanggil untuk mengorbankan kenyamanan pribadi demi kebaikan orang lain. Pengorbanan dalam pelayanan dapat berupa waktu, tenaga, atau bahkan kenyamanan yang kita miliki.Â
Ketika kita melayani dengan kerendahan hati, kita meneladani sikap Kristus yang rela mengorbankan segalanya demi keselamatan umat manusia.Â