Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bhisma, Ksatria Sejati Berperang Mengalahkan Ambisi Kekuasaan

10 Oktober 2024   19:35 Diperbarui: 19 Oktober 2024   06:48 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resi Bhisma/ www.sinergipapers.com

Di medan Kurukshetra, di tengah hiruk-pikuk perang yang berkecamuk, berdirilah Bhisma, sosok legendaris yang dikenal sebagai ksatria agung. 

Meskipun berada di sisi Kurawa, hatinya tidak sepenuhnya sejalan dengan ambisi mereka. 

Bhisma adalah contoh nyata dari seorang pejuang yang berperang bukan untuk ambisi pribadi, tetapi demi dharma dan tanggung jawab terhadap tanah airnya.

Bhisma, yang terlahir sebagai putra Santanu dan Gangga, memiliki janji setia yang kuat. Ia bersumpah untuk melindungi kerajaan Hastinapura dan mengabdikan hidupnya sebagai ksatria. 

Namun, ketika konflik antara Kurawa dan Pandawa muncul, dia terjebak dalam dilema moral. Ia menyadari bahwa perang ini bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang keadilan dan kebenaran.

Di tengah pertarungan yang memanas, Bhisma melawan dengan semangat yang tak tergoyahkan. 

Ia menggunakan semua keterampilan dan strategi yang dimilikinya untuk melindungi tanah air, meskipun harus berhadapan dengan Pandawa, yang merupakan keluarga dan muridnya. 

Setiap anak panah yang dilontarkannya, setiap pedang yang diayunkannya, adalah refleksi dari rasa tanggung jawab yang mendalam.

Bhisma berjuang dengan berat hati. Dalam hatinya, ia merasakan kesedihan mendalam, namun ia tahu bahwa tugasnya sebagai ksatria adalah untuk melindungi yang lemah dan menjaga keseimbangan. 

Saat melihat Arjuna di medan perang, rasa kasih sayang dan rasa hormatnya pada sang murid semakin menguat. Namun, ia juga tahu bahwa Arjuna memiliki tugas untuk memenuhi dharma-nya sendiri.

Di tengah kekacauan perang, Bhisma menjadi simbol pengorbanan. Ia tidak hanya bertarung untuk Kurawa, tetapi untuk nilai-nilai yang lebih besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun