Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Pemilih Sebagai Subyek atau Obyek dalam Demokrasi?

27 September 2024   22:52 Diperbarui: 27 September 2024   23:22 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pemungutan Suara/ https://regional.kompas.com

Dalam konteks demokrasi, pemilih seringkali dibedakan sebagai subjek dan obyek. Sebagai subjek, pemilih memiliki peran aktif dalam menentukan arah kebijakan dan kepemimpinan. 

Sebaliknya, sebagai obyek, pemilih sering kali menjadi target manipulasi politik dan pemasaran.

Pemilih sebagai Subjek

Pemilih dianggap sebagai subjek ketika mereka berpartisipasi dalam proses politik dengan kesadaran dan pengetahuan. 

Dalam hal ini, pemilih bukan sekadar alat untuk mencapai tujuan politik, tetapi aktor yang memiliki hak dan kewajiban. 

Kesadaran politik pemilih sangat penting untuk memastikan bahwa suara mereka mencerminkan aspirasi masyarakat.

Sebagai subjek, pemilih harus dapat membuat keputusan yang independen. Kemandirian ini penting agar pemilih tidak terpengaruh oleh tekanan eksternal, baik dari partai politik, media, maupun kelompok kepentingan.

Para ahli politik luar negeri sering mengamati dinamika pemilih dalam konteks yang lebih luas. Misalnya, Francis Fukuyama, dalam bukunya "The End of History," menekankan pentingnya demokrasi sebagai sistem yang memberi kekuatan kepada pemilih sebagai subjek. 

Menurutnya, ketika pemilih teredukasi dan aktif, mereka dapat mendorong stabilitas politik dan kemajuan ekonomi


Pemilih sebagai Obyek

Di sisi lain, pemilih sering kali dipandang sebagai obyek dalam praktik politik. Banyak kampanye dirancang khusus untuk memanipulasi opini dan perilaku pemilih, menjadikan mereka sasaran utama strategi pemasaran politik.

Taktik seperti iklan agresif dan propaganda dapat menciptakan narasi yang membingungkan atau menyesatkan, sehingga pemilih merasa terpaksa memilih opsi yang tidak mereka inginkan. 

Dengan demikian, alih-alih membuat keputusan yang berdasarkan pada informasi yang akurat, pemilih justru terjebak dalam keputusan yang dipengaruhi oleh tekanan dan manipulasi, mengurangi kualitas partisipasi mereka dalam proses demokrasi. 

Hal ini menciptakan lingkungan di mana pemilih kehilangan kebebasan untuk menentukan pilihan berdasarkan keyakinan dan kebutuhan mereka yang sebenarnya. pilihan yang tidak mereka inginkan.

Dampak Manipulasi

Manipulasi terhadap pemilih berpotensi merusak integritas proses demokrasi dengan menghilangkan esensi partisipasi yang sehat. 

Ketika pemilih diperlakukan sebagai obyek, mereka sering kali disuguhkan informasi yang menyesatkan atau propaganda yang tidak objektif, membuat mereka merasa tidak memiliki kendali atas pilihan mereka.

Akibatnya, pemilih kehilangan hak untuk terlibat secara aktif dalam pengambilan keputusan, yang seharusnya menjadi bagian dari kekuasaan mereka dalam sistem demokrasi. 

Ini dapat menciptakan rasa apatis, di mana pemilih merasa suara mereka tidak berarti atau tidak didengarkan. 

Ketidakpercayaan terhadap sistem politik pun meningkat, mengakibatkan rendahnya partisipasi dalam pemilu dan melemahnya legitimasi pemerintah. 

Ketika pemilih merasa terasing, proses demokrasi kehilangan kredibilitas, dan tujuan utamanya—representasi yang adil—menjadi sulit tercapai.

Peran Media

Media memainkan peran penting dalam menentukan apakah pemilih berfungsi sebagai subjek atau obyek. 

Media yang independen dan objektif dapat memberdayakan pemilih dengan menyediakan informasi yang akurat dan relevan, memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang berdasarkan pada fakta.

Sebaliknya, media yang berpihak sering kali menyajikan berita dengan cara yang menyesatkan atau memihak, berfungsi sebagai alat manipulasi yang dapat memperlemah kemandirian pemilih. 

Ketika pemilih terpapar pada informasi yang tidak seimbang, mereka lebih rentan terhadap pengaruh eksternal, yang dapat mengurangi kemampuan mereka untuk menilai kandidat atau kebijakan secara kritis. 

Dalam konteks ini, kualitas media menjadi kunci untuk menjaga integritas proses demokrasi dan memperkuat peran pemilih sebagai aktor yang aktif.

Pendidikan Pemilih

Pendidikan pemilih menjadi sangat penting dalam konteks ini. Program-program pendidikan yang efektif dapat membantu pemilih memahami hak-hak mereka, serta cara menilai kandidat dan kebijakan dengan kritis.

Dengan pengetahuan yang memadai, pemilih dapat membuat keputusan yang lebih informed dan tidak terpengaruh oleh manipulasi politik.

Pendidikan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran politik, tetapi juga membangun rasa tanggung jawab pemilih terhadap proses demokrasi. 

Ketika pemilih memahami peran mereka sebagai subjek, mereka lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, yang pada akhirnya memperkuat demokrasi itu sendiri..

Keterlibatan Masyarakat

Keterlibatan masyarakat dalam proses politik juga mempengaruhi posisi pemilih. Ketika masyarakat aktif dalam diskusi politik, pemilih cenderung lebih memahami tanggung jawab mereka.

Sementara itu, ahli politik seperti Robert Putnam menyoroti bahwa kepercayaan sosial dan keterlibatan komunitas memainkan peran krusial dalam meningkatkan kualitas partisipasi pemilih. 

Putnam dalam "Bowling Alone" menunjukkan bahwa pemilih yang terlibat dalam organisasi sosial lebih cenderung berperan sebagai subjek aktif daripada sebagai obyek yang terpinggirkan.

Kesimpulan

Sebagai individu yang berpartisipasi dalam pemilihan, mereka tidak hanya mengekspresikan suara mereka, tetapi juga berkontribusi pada legitimasi sistem demokrasi. 

Dengan memahami tanggung jawab ini, pemilih dapat lebih aktif dan kritis dalam memilih, sehingga menciptakan demokrasi yang lebih berkualitas dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun