Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Si Sengkuni yang Selalu Dibenci karena Kelicikannya

25 September 2024   12:04 Diperbarui: 25 September 2024   15:59 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejujuran adalah syarat mutlak untuk menciptakan hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyat. 

Pemimpin yang jujur akan lebih dihormati dan dipercaya, karena rakyat dapat melihat komitmen mereka terhadap kebaikan bersama. 

Hal senada juga diungkapkan oleh Barack Obama, yang menyatakan bahwa "kejujuran dan transparansi adalah landasan dari kepemimpinan yang efektif." 

Mengambil jalan pintas melalui kelicikan hanya akan membawa konsekuensi jangka panjang yang merugikan. 

Pemimpin yang bertindak dengan cara licik seperti Sengkuni sering kali menemukan diri mereka terjebak dalam jaring kebohongan dan manipulasi, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian bagi mereka sendiri.

Di sisi lain, pemimpin yang memilih untuk beroperasi dengan transparansi dan etika akan mendapatkan dukungan yang lebih kuat dari masyarakat. Pendekatan ini tidak hanya membangun kepercayaan, tetapi juga menciptakan iklim politik yang sehat dan produktif. 

Maka, penting bagi pemimpin untuk belajar dari kesalahan tokoh Sengkuni dan menghindari perilaku licik dalam setiap tindakan.

Mengutamakan Keadilan dan Harmoni

Dalam kisah Sengkuni juga menunjukkan betapa berbahayanya intrik politik. Ia menciptakan ketegangan antara Pandawa dan Kurawa, yang berujung pada konflik berdarah. 

Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bahwa pemimpin harus berkomitmen untuk menciptakan harmoni dan kerjasama, bukan perpecahan. 

Dalam politik, penting untuk mendengarkan suara semua pihak dan mencari solusi yang adil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun