flexing" menjadi semakin populer, terutama di media sosial. Secara umum, flexing merujuk pada tindakan memamerkan keberhasilan, kekayaan, atau status sosial seseorang secara berlebihan.Â
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah "Fenomena ini kini tidak hanya terjadi di media sosial, tetapi juga merambah ke dunia kerja. Flexing di lingkungan profesional dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti pamer jabatan tinggi, pendapatan besar, atau gaya hidup mewah yang ditunjukkan secara mencolok.Â
Meskipun beberapa orang menganggapnya sebagai bentuk kebanggaan diri, dampak flexing di dunia kerja memiliki konsekuensi yang lebih luas bagi individu dan organisasi.
Dampak Flexing di Dunia Kerja
1. Meningkatkan Tekanan dan Kompetisi Tidak Sehat
Salah satu dampak terbesar dari flexing di tempat kerja adalah meningkatnya tekanan dan kompetisi yang tidak sehat di antara karyawan.Â
Ketika seseorang secara konsisten memamerkan pencapaiannya, karyawan lain merasa tertekan untuk menunjukkan hal yang sama.Â
Mereka mungkin mulai berlomba-lomba memamerkan status mereka, meskipun hal itu di luar kemampuan finansial atau emosional mereka.Â
Akibatnya, lingkungan kerja menjadi semakin kompetitif secara berlebihan, yang tidak selalu berkontribusi terhadap produktivitas atau kesejahteraan karyawan.
2. Memicu Kesenjangan dan Diskriminasi Sosial
Flexing juga berpotensi memperbesar kesenjangan sosial di tempat kerja. Misalnya, karyawan yang kerap memamerkan gaya hidup mewah dapat membuat rekan-rekan kerja dengan kondisi ekonomi yang berbeda merasa minder atau terpinggirkan.