Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kekerasan Budaya: Persoalan Tersembunyi dalam Masyarakat

15 September 2024   12:25 Diperbarui: 15 September 2024   13:00 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustarasi Kekeradan (https://www.flickr.com)

Kekerasan budaya adalah bentuk kekerasan yang dilegitimasi melalui praktik, norma, atau simbol-simbol dalam masyarakat. Kekerasan budaya sering membenarkan atau mewajarkan tindakan kekerasan, baik fisik, psikologis, maupun struktural. 

Kekerasan ini sering kali sulit diidentifikasi karena tersembunyi dalam tradisi, adat, atau keyakinan sosial. 

Berbeda dengan kekerasan fisik yang tampak jelas, kekerasan budaya sering dianggap sebagai bagian dari "kebiasaan" atau "nilai-nilai" suatu masyarakat.

Definisi Kekerasan Budaya

Johan Galtung, pertama kali memperkenalkan konsep kekerasan budaya. Menurutnya, kekerasan budaya adalah aspek-aspek dari budaya, seperti agama, ideologi, seni, bahasa, dan ilmu pengetahuan.

Kekerasan budaya memberikan pembenaran moral bagi pelaku kekerasan dan membuat kekerasan tampak normal dalam konteks sosial tertentu.

Contoh Kekerasan Budaya

1. Diskriminasi Gender

Di berbagai budaya, kekerasan terhadap perempuan sering kali dianggap wajar dan dilegitimasi melalui tradisi patriarki, adat istiadat, atau interpretasi agama. 

Misalnya: Sunat perempuan (Female Genital Mutilation).  Masih dilakukan di beberapa negara Afrika dan Timur Tengah dengan alasan budaya atau agama, meskipun secara medis berbahaya dan melanggar hak asasi perempuan.

Pernikahan Anak. Beberapa masyarakat melegitimasi pernikahan anak dengan dalih menjaga kehormatan keluarga atau tradisi, meskipun berdampak negatif pada kesehatan dan pendidikan anak perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun