Tuhan terhadap umat-Nya sering kali menyoroti ketidakmurnian motivasi di balik praktik keagamaan.Â
Dalam Alkitab, kritikSalah satu tema yang berulang adalah penekanan bahwa banyak orang, meskipun mengaku beriman, hanya mencari keuntungan duniawi atau memberikan persembahan sebagai bentuk sogokan untuk mendapatkan berkat atau perhatian Tuhan.
Kritik Terhadap Farisi dan Tokoh Agama
Di dalam Perjanjian Baru, Yesus sering mengkritik orang Farisi, imam, dan tokoh agama lainnya karena kesombongan mereka.Â
Mereka dianggap telah menjadikan agama sebagai topeng untuk menutupi kekurangan dan kepalsuan mereka. Yesus menyatakan hal ini dengan jelas dalam Matius 23:27-28:
Yesus mengkritik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang munafik, mengatakan bahwa mereka seperti kubur yang dipoles—di luar tampak indah, tetapi di dalam penuh dengan tulang belulang dan segala sesuatu yang najis.Â
Ia menegaskan bahwa meskipun mereka tampak benar di mata manusia, sebenarnya mereka penuh dengan kemunafikan dan kedurhakaan.
Contoh nyata dari kontras antara mereka yang merendahkan diri dan mereka yang merasa diri lebih tinggi terlihat dalam perumpamaan Yesus.Â
Pemungut cukai dan perempuan berdosa yang dianggap rendah di masyarakat menunjukkan kemurnian iman mereka melalui sikap kerendahan hati dan pertobatan.
Dalam Lukas 18:13-14, Yesus menggambarkan bahwa pemungut cukai berdiri jauh dari altar dan tidak berani menengadah ke langit; ia hanya memukul dadanya sambil berdoa meminta belas kasihan Tuhan atas dosa-dosanya.Â
Yesus menyatakan bahwa pemungut cukai tersebut pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan oleh Tuhan, sedangkan orang Farisi tidak.