Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Renungan: Menjadi Saksi Kebenaran

12 September 2024   10:51 Diperbarui: 12 September 2024   16:18 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Renungan oleh Pdt. Tri Wahyono/ Dok.pri

Keberanian mereka untuk terus bersaksi tentang kebenaran bahkan di tengah kesulitan menjadi teladan bagi kita semua. "Sebagai saksi Kristus," kata Pendeta Edi Wahyono, "kita tidak boleh takut menghadapi tantangan. 

Roh Kudus memberi kita kekuatan dan keberanian untuk berbicara. Keberanian itu tidak berasal dari kekuatan manusia, tetapi dari kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam mereka.

Kuasa Roh Kudus dalam Kesaksian

Petrus adalah contoh nyata bagaimana seseorang dapat dipakai Tuhan secara luar biasa setelah mengalami kuasa Roh Kudus. Sebelum mengalami pencurahan Roh Kudus, Petrus pernah menyangkal Yesus tiga kali. 

Namun, setelah menerima Roh Kudus, ia dipakai Tuhan untuk bersaksi di hadapan ribuan orang, tanpa rasa takut. 

Ini menunjukkan bahwa kesaksian yang efektif harus dilandasi oleh kuasa Roh Kudus, yang memampukan kita untuk berani menghadapi segala tantangan.

Mukjizat dan Kuasa Allah dalam Kesaksian

Kesaksian tentang kebenaran seringkali dibarengi dengan mukjizat dan tanda-tanda yang menyertai orang percaya. 

Petrus tidak hanya berbicara, tetapi juga melayani dengan kuasa Tuhan, seperti yang terlihat dalam penyembuhan orang lumpuh. 

Melalui mukjizat ini, orang-orang di sekitarnya tidak hanya mendengar tentang Kristus, tetapi juga melihat kuasa-Nya yang nyata.

Kesaksian Harus Taat pada Kebenaran

Kesaksian yang sejati harus dilandasi oleh ketaatan pada kebenaran. Petrus dan Yohanes tidak hanya bersaksi dengan kata-kata, tetapi juga hidup dalam kebenaran Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun