Di beberapa daerah, pemerintah lokal telah menyediakan psikolog di Puskesmas, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki tingkat bunuh diri tinggi.Â
Gunungkidul juga telah membentuk Satuan Tugas Berani Hidup, yang bertujuan untuk merumuskan kebijakan dan langkah pencegahan bunuh diri di daerah tersebut.
Pentingnya Destigmatisasi Bunuh Diri
Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pencegahan bunuh diri di Indonesia adalah stigma sosial yang melekat pada tindakan bunuh diri itu sendiri.Â
Banyak orang yang mengalami pikiran untuk bunuh diri enggan mencari bantuan karena takut dihakimi oleh keluarga atau masyarakat.
Untuk itu, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif, termasuk destigmatisasi bunuh diri di kalangan masyarakat.
Keluarga memainkan peran penting dalam pencegahan bunuh diri. Dalam banyak kasus, konflik keluarga menjadi faktor utama yang mendorong seseorang untuk mencoba bunuh diri.Â
Namun, di sisi lain, dukungan keluarga juga bisa menjadi faktor pencegah yang kuat.Â
Menangani Faktor Sosial yang Memicu Bunuh Diri
Bunuh diri sering kali berkaitan dengan faktor sosial, seperti kemiskinan, isolasi, dan masalah kesehatan yang berkepanjangan.Â
Dalam banyak kasus, orang yang mencoba bunuh diri merasa tidak lagi memiliki harapan atau merasa tidak berguna di masyarakat.