Menangislah bangsakku, di dalam kabut gelap, Â Tangis ibu-ibu menggendong anak, Â Mencari susu bagi anaknya.
Di bawah terik panas, para bapak mengais rejeki, Â
Dipinggir sungai yang kumuh, Â
Sebuah tangisan berurai air mata.
Para penguasa sudah lupa rakyatnya, Â
Kursi kedudukan terlalu empuk, Â
Membuat nurani tertidur dalam kesenangan semu,Â
Korupsi telah merongrong keadilan, Â
Merampas hak mereka yang lemah, tanpa ampun.
Keringat dan harapan berbaur, Â
Dalam kepedihan yang tak kunjung sirna, Â
Di tengah belantara penderitaan yang tak terungkapkan.
Genggam erat tangan-tangan kecil itu, Â
Dalam pelukan yang tak pernah lepas, Â
Mencari cahaya di lorong-lorong gelap kehidupan.
Menangislah bangsakku, jangan engkau padam, Â
Karena di balik derita ini, ada harapan yang tak akan pudar, Â
Di bawah langit yang muram, suatu hari nanti, akan ada cahaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H