Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Rasulan sebagai Wujud Kerukunan Warga Padukuhan Jati Gunungkidul

12 Agustus 2024   15:30 Diperbarui: 14 Agustus 2024   06:37 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunungan dalam Acara Rasulan di (Sumber:posdayaselang4.blogspot.com)

Tradisi Rasulan di Padukuhan Jati adalah perayaan tahunan yang berlangsung setiap pertengahan tahun dan merupakan bagian integral dari kehidupan budaya masyarakat setempat di Candirejo, Semanu, Gunungkidul. 

Perayaan ini menjadi waktu istimewa bagi warga, yang mayoritas adalah petani, untuk berkumpul dan merayakan hasil panen sambil menghadapi berbagai tantangan yang mereka hadapi.

Meskipun para petani di Padukuhan Jati mengalami kesulitan, seperti terjadinya antraks pada sapi dan ketergantungan pada musim penghujan, mereka tetap menjaga tradisi Rasulan sebagai bentuk syukur dan penghormatan. 

Tanah pertanian yang tidak sesubur dulu, yang diolah dengan cara alami, menambah tantangan dalam setiap panen, tetapi tidak mengurangi semangat mereka untuk merayakan.

Perayaan dimulai dengan nyadaran ke makam Mbah Kyai Tengaran, sebuah upacara ziarah yang penting untuk mengenang jasa tokoh spiritual.

Orang yaang Nyadran terkadang pergi ke makam untuk berdoa, memohon berkah, dan menghubungkan diri dengan leluhur mereka. 

Nyadaran ini bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga merupakan nazar atas keberhasilan seseorang dan refleksi atau penghormatan kepada leluhur.

Setelah nyadaran, acara dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian reog oleh kawula muda Jati. Reog adalah seni tradisional Jawa yang menampilkan tarian, musik, dan drama dengan cerita mitologis atau sejarah padukuhan Jati.

Pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga berfungsi untuk melestarikan budaya dan menyampaikan pesan moral kepada generasi muda.

Salah satu highlights dari perayaan ini adalah karnaval keliling padukuhan dengan memikul gunungan, yang dihias dengan makanan dan hasil panen. 

Aktivitas ini melambangkan syukur dan harapan akan rezeki yang melimpah. Para peserta karnaval mengenakan pakaian adat Jawa, menambah keindahan dan keunikan suasana perayaan.

Pada siang hari sebelum puncak acara wayang kulit, acara kenduri diadakan di balai padukuhan. 

Kenduri adalah upacara makan bersama yang dipimpin oleh Kaum, sebagai bentuk syukur atas hasil panen, kesehatan dan keamanan yang diterima.

Pertunjukan wayang kulit di puncak acara merupakan elemen penting dari Rasulan, menampilkan wayang kulit dan iringan gamelan yang menyajikan cerita-cerita mitologis serta ajaran filosofis penting. 

Wayang kulit memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terhubung dengan nilai-nilai leluhur mereka, sambil menikmati seni tradisional yang kaya.

Perayaan Rasulan didanai oleh swadaya warga yang mencerminkan semangat gotong royong dan keterlibatan aktif masyarakat. 

Seluruh anggota komunitas berkontribusi untuk membiayai berbagai kegiatan, menunjukkan betapa pentingnya acara ini bagi mereka. Swadaya ini memperkuat rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam menjaga tradisi.

Seperti diungkapkan oleh Bapak Agus, "Acara Rasulan ini adalah usaha kami untuk membangun kesatuan dan menghargai tradisi nenek moyang. Melalui setiap kegiatan, kami tidak hanya merayakan hasil bumi, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan melestarikan budaya kami."

Pernyataan ini mencerminkan betapa pentingnya acara ini dalam menghubungkan masyarakat dengan warisan mereka.

Ibu Ratna menambahkan, "Tradisi ini adalah warisan berharga yang kami jaga dan lestarikan agar anak cucu kami juga dapat merasakannya. Kami berharap bahwa semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam Rasulan akan terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang." 

Ini menunjukkan dedikasi masyarakat dalam meneruskan tradisi kepada generasi berikutnya.

Rasulan di Padukuhan Jati tidak hanya merupakan perayaan hasil panen tetapi juga merupakan perwujudan dari semangat kebersamaan dan pelestarian budaya. 

Rasulan di Padukuhan Jati adalah manifestasi dari kekayaan budaya masyarakat yang holistik. Ini mencerminkan kekuatan tradisi dalam memperkuat ikatan sosial dan melestarikan nilai-nilai penting dalam kehidupan. 

Perayaan ini bukan hanya sebuah acara, tetapi sebuah bentuk hidup yang menunjukkan ketahanan dan kebersamaan masyarakat.

Dengan semangat gotong royong dan dedikasi dalam melestarikan budaya, Rasulan menjadi simbol kekuatan komunitas yang mampu menjaga warisan mereka meskipun menghadapi kesulitan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun