Pada siang hari sebelum puncak acara wayang kulit, acara kenduri diadakan di balai padukuhan.Â
Kenduri adalah upacara makan bersama yang dipimpin oleh Kaum, sebagai bentuk syukur atas hasil panen, kesehatan dan keamanan yang diterima.
Pertunjukan wayang kulit di puncak acara merupakan elemen penting dari Rasulan, menampilkan wayang kulit dan iringan gamelan yang menyajikan cerita-cerita mitologis serta ajaran filosofis penting.Â
Wayang kulit memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terhubung dengan nilai-nilai leluhur mereka, sambil menikmati seni tradisional yang kaya.
Perayaan Rasulan didanai oleh swadaya warga yang mencerminkan semangat gotong royong dan keterlibatan aktif masyarakat.Â
Seluruh anggota komunitas berkontribusi untuk membiayai berbagai kegiatan, menunjukkan betapa pentingnya acara ini bagi mereka. Swadaya ini memperkuat rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam menjaga tradisi.
Seperti diungkapkan oleh Bapak Agus, "Acara Rasulan ini adalah usaha kami untuk membangun kesatuan dan menghargai tradisi nenek moyang. Melalui setiap kegiatan, kami tidak hanya merayakan hasil bumi, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan melestarikan budaya kami."
Pernyataan ini mencerminkan betapa pentingnya acara ini dalam menghubungkan masyarakat dengan warisan mereka.
Ibu Ratna menambahkan, "Tradisi ini adalah warisan berharga yang kami jaga dan lestarikan agar anak cucu kami juga dapat merasakannya. Kami berharap bahwa semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam Rasulan akan terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang."Â
Ini menunjukkan dedikasi masyarakat dalam meneruskan tradisi kepada generasi berikutnya.
Rasulan di Padukuhan Jati tidak hanya merupakan perayaan hasil panen tetapi juga merupakan perwujudan dari semangat kebersamaan dan pelestarian budaya.Â