Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Memaafkan Penting Untuk Kesehatan Jiwa?

11 Agustus 2024   21:23 Diperbarui: 12 Agustus 2024   18:46 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memaafkan adalah tindakan atau proses melepaskan perasaan sakit hati, kemarahan, atau dendam terhadap seseorang yang telah menyakiti atau menyinggung kita. 

Sebagai contoh, jika seorang teman secara tidak sengaja mengungkapkan kata-kata yang menyakiti perasaan kita, memaafkan berarti kita memilih untuk tidak terus-menerus merasa marah atau menyimpan rasa sakit tersebut. 

Sebut saja Rio. Ia merasa sangat dikhianati oleh sahabatnya, Budi, setelah mengetahui bahwa Budi telah menyebarkan gosip tentangnya. Meskipun Budi telah meminta maaf berkali-kali, Rio tidak bisa memaafkannya. 

Ketidakmampuan Rio untuk memaafkan membuatnya memendam kemarahan, menghindari Budi, dan kehilangan kepercayaan pada orang lain. Hal ini berdampak negatif pada kesehatannya dan menghalanginya untuk merasakan kedamaian batin serta memperbaiki hubungan tersebut.

Memaafkan adalah proses yang mendalam dan kompleks yang melibatkan pergeseran emosi dari perasaan negatif seperti marah dan dendam menuju perasaan positif seperti kasih sayang dan pengertian. 

Menurut psikolog Robert Enright, memaafkan adalah pilihan yang dilakukan untuk mengurangi perasaan negatif terhadap orang yang telah menyakiti kita, meskipun mereka mungkin tidak pantas mendapatkannya. 

Sementara itu, Everett Worthington, dengan model REACH-nya, menekankan pentingnya mengingat kembali rasa sakit, berempati, dan berkomitmen untuk memaafkan sebagai bagian dari proses penyembuhan.

Dalam filsafat, memaafkan sering dipandang sebagai tindakan moral yang memungkinkan seseorang untuk melepaskan diri dari masa lalu dan memulai yang baru. 

Hannah Arendt, seorang filsuf politik, menekankan pentingnya memaafkan sebagai salah satu tindakan manusiawi yang paling esensial karena memungkinkan rekonsiliasi dan pembaruan. 

Dengan demikian, memaafkan bukan hanya tentang melepaskan dendam, tetapi juga tentang membebaskan diri dari beban emosional dan menciptakan ruang untuk pertumbuhan pribadi dan hubungan yang lebih baik.

Tujuan Memaafkan

Ketika seorang anggota keluarga melakukan kesalahan yang membuat kita merasa terluka dan marah, rasa sakit tersebut dapat menjadi penghalang dalam hubungan kita.

Memaafkan bukan berarti kita mengabaikan kesalahan yang terjadi, melainkan kita memilih untuk tidak membiarkan rasa sakit itu merusak hubungan yang ada. 

Dengan memberikan maaf, kita mengambil langkah proaktif untuk tidak memendam dendam atau kebencian, sehingga kita tetap bisa menjaga kedekatan dalam keluarga. Proses memaafkan memungkinkan kita untuk membuka ruang dialog yang jujur dan terbuka. 

Hal ini memberi kita dan anggota keluarga lainnya kesempatan untuk berbicara dari hati ke hati, membahas apa yang salah, dan bersama-sama mencari solusi untuk konflik yang ada. 

Dengan adanya komunikasi yang sehat, kita dapat menyelesaikan masalah dan mengurangi ketegangan, sehingga hubungan yang mungkin sempat retak bisa pulih dan bahkan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.

Dalam hal ini, tujuan utama dari memaafkan dalam konteks keluarga adalah memperbaiki dan memulihkan hubungan yang rusak. Memaafkan memungkinkan rekonsiliasi, yang pada akhirnya memperkuat ikatan keluarga. 

Rekonsiliasi ini tidak hanya memperbaiki hubungan antarindividu, tetapi juga menciptakan suasana keluarga yang lebih harmonis, di mana rasa saling pengertian dan dukungan semakin berkembang.
 
Tanpa Mengingatnya?

Perlu dipahami bahwa memaafkan tidak selalu berarti melupakan. Memaafkan adalah proses melepaskan perasaan sakit hati dan kemarahan terhadap seseorang yang telah menyakiti kita. 

Contoh kasus memaafkan tanpa melupakan bisa ditemukan dalam banyak situasi kehidupan nyata. Misalnya, seseorang yang telah mengalami pengkhianatan dalam hubungan pribadi mungkin memilih untuk memaafkan pasangan mereka untuk memperbaiki hubungan dan mengurangi stres emosional, meskipun mereka tetap mengingat kejadian tersebut. 

Mereka mungkin memilih untuk tetap waspada untuk mencegah terulangnya kejadian serupa, tetapi dengan memaafkan, mereka menghindari beban emosional dan membangun kembali kepercayaan.

Pendapat ahli psikologi, seperti Dr. Fred Luskin, penulis buku "Forgive for Good", menyatakan bahwa memaafkan tidak memerlukan pelupaan. Menurutnya, memaafkan adalah tentang melepaskan perasaan marah dan sakit hati, bukan menghapus memori dari kejadian tersebut. 

Akibat Tidak Bisa Memaafkan

Ketidakmampuan seseorang untuk memaafkan dapat menimbulkan berbagai pengaruh buruk baik secara emosional maupun fisik. Secara emosional, menyimpan dendam dan amarah terus-menerus dapat menyebabkan penyimpangan emosi seperti kebencian, kepahitan, dan kecemasan yang berkelanjutan. 

Maka timbuknya emosi negatif ini tidak hanya menggerogoti kesejahteraan mental seseorang, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial mereka. Seseorang yang tidak bisa memaafkan cenderung menarik diri dari orang lain, merasa kesepian, dan kehilangan dukungan sosial yang penting bagi jiwa.

Selain itu, ketidakmampuan memaafkan juga dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik. Stres kronis yang dihasilkan dari menahan kemarahan dan kekecewaan dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, dan gangguan tidur. 

Ketidakmampuan memaafkan  juga dapat menghambat seseorang untuk merasakan kedamaian batin, atau jiwa. Orang tersebut akhirnya hidup dalam perasaan tidak nyaman dan tidak bahagia. 

Akibatnya, ketidakmampuan untuk memaafkan tidak hanya merusak hubungan pribadi, tetapi juga menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Akibat Positif  Memaafkan 

Keuntungan dari memaafkan adalah dapat mengurangi gejala stres, kecemasan, dan depresi. Dengan melepaskan perasaan negatif, kita bisa mengurangi dampak buruk pada kesehatan jiwa.

Sebagaimana diketahui, stres kronis akibat dendam dan kemarahan bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik, seperti meningkatkan risiko penyakit jantung. 

Sebaliknya Pengampunan dapat membantu mengurangi risiko ini dan meningkatkan kesehatan fisik kita. Dengan memaafkan, kita menciptakan ruang untuk kedamaian dan ketenangan dalam jiwa kita. 

Pengampunan adalah proses yang bermanfaat tidak hanya untuk hubungan dengan orang lain tetapi juga untuk kesejahteraan jiwa kita sendiri. 

Memaafkan membantu kita melepaskan beban emosional dan stres yang diakibatkan oleh rasa sakit hati dan kemarahan. Ini memungkinkan jiwa kita merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang lebih besar.

Inti atau yang utama adalah, memaafkan adalah bentuk penyesuaian diri dengan kasih dan teladan agama, yang mengajarkan untuk mengampuni bahkan musuh kita. Ini juga sebagai bentuk penerimaan kasih Tuhan yang telah mengampuni dosa-dosa kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun