Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kerendahan Hati Sebagai Karakter Orang Beriman

4 Agustus 2024   07:43 Diperbarui: 6 Agustus 2024   23:15 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, Filipi 2:3-4, memberikan beberapa pesan kepada kita demikian: "Orang yang rendah hati agar lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi mereka."

Ayat ini juga menegaskan 'Janganlah dengan maksud yang salah mencari keuntungan pribadi.'  tetapi dengan kerendahan hati anggaplah orang lain lebih utama dari pada dirimu sendiri."

Hidup Sebagai Anugerah

Menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan capai adalah karena anugerah Tuhan, seperti yang dinyatakan dalam Yakobus 4:6 dan 1 Petrus 5:5, membantu membentuk sikap rendah hati. 

Dalam bahasa Yunani, kata untuk "anugerah" adalah "cháris", yang berarti kemurahan hati atau pemberian tanpa syarat, sementara dalam bahasa Latin, istilah tersebut adalah "gratia".

Jadi setiap pencapaian dan berkat yang kita nikmati adalah hasil dari kemurahan Tuhan, bukan semata-mata hasil usaha kita sendiri. Maka itulah yang mendorong kita untuk bersikap rendah hati dan bersyukur.

Kepatuhan Kepada Tuhan

Dalam Mikha 6:8, mengajarkan kita untuk menempatkan kehendak Tuhan di atas kehendak sendiri dan untuk taat kepada-Nya. Dalam bahasa Ibrani, kata untuk "taat" adalah "shama", yang melambangkan mendengarkan dan patuh kepada perintah Tuhan. 

Dalam bahasa Latin, konsep ini dinyatakan dengan kata "oboedientia", yang mengacu pada ketaatan yang sungguh-sungguh dan patuh terhadap kehendak Tuhan. Pemahaman ini mengajarkan pentingnya mengikuti dan menghormati kehendak Tuhan. 

Abraham adalah contoh orang beriman yang taat yang luar biasa ketika ia siap untuk mempersembahkan anaknya, Ishak, sesuai dengan perintah Tuhan (Kejadian 22:1-19). Meskipun ini adalah ujian berat, Abraham memperlihatkan ketaatan dan kepercayaan yang besar kepada Allah.

Simpulan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun