Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memahami Kuasa Tuhan dengan Kacamata Iman

1 Agustus 2024   22:29 Diperbarui: 2 Agustus 2024   05:45 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edi Simamora Menyampaikan Firman Tuhan / Poto  Tim Multimedia GPIAI 

Pertanyaan Imam-imam dan Tua-tua

Saat ini, ekonomi tidaklah mudah dan pekerjaan bagi kaum milenial tidak selalu tersedia secara luas. Kemajuan zaman tidak selalu memudahkan orang untuk mendapatkan mata pencaharian, malah seringkali memperumit proses tersebut. 

Persaingan yang harus dihadapi semakin ketat, dan tantangan yang dihadapi juga semakin berat. Untuk mencukupi kebutuhan, orang harus bekerja keras dan tetap berusaha meskipun ada kemajuan teknologi.

Hari ini, penulis akan mengulik kembali perenungan firman Tuhan yang dilangsungkan dalam Ibadah Persiapan Perjamuan Kudus di GPIAI Efata Salatiga. 

Ibadah persiapan Perjamuan Kudus di GPIAI Efata diadakan setiap akhir bulan dengan tujuan mendorong jemaat dan majelis agar dengan sungguh-sungguh memahami serta merenungkan karya penebusan Tuhan dalam kehidupan umat manusia.

Dalam perenungan Firman Tuhan yang dibawakan oleh  Edi Purnama Simamora, ia menyampaikan relevansi firman Tuhan dalam konteks kehidupan kita saat ini. Ia mengingatkan bahwa kesulitan hidup sering kali menghadang kita, yang dapat menimbulkan keraguan bahkan ketidakpercayaan akan kuasa Allah. 

Di zaman sekarang, banyak orang juga menghadapi pergumulan iman, seperti mengapa tidak ada jawaban atas doa atau masalah mereka. Kesulitan sering kali membuat kita bertanya, "Mengapa hal ini terjadi dalam hidup saya?" dan "Apakah yang harus saya lakukan di dalam kesulitan ini?" 

Edi Purnama Simamora menegaskan pentingnya tetap percaya dan bersandar pada Tuhan meskipun menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian.

Dari mana KuasaNya Berasal?

Perenungan kali ini mengisahkan sebuah peristiwa penting ketika para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi datang kepada Yesus saat Ia mengajar di Bait Allah. 

Dalam kesempatan ini, mereka mengajukan pertanyaan yang penuh keraguan tentang otoritas Yesus.

Mereka bertanya, "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?" dan "Siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Pertanyaan ini mencerminkan ketidakpastian dan kekhawatiran mereka terhadap keberadaan dan sumber kuasa Yesus yang luar biasa, menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap otoritas-Nya.

Yesus menghadapi pertanyaan tersebut dengan bijaksana dan penuh pertimbangan. Alih-alih memberikan jawaban langsung yang bisa memicu lebih banyak kontroversi, Ia memilih untuk mengajukan pertanyaan balik.

Yesus menanyakan kepada mereka tentang asal-usul kuasa Yohanes Pembaptis, sebuah pertanyaan yang menantang mereka untuk mempertimbangkan jawabannya sendiri. Dengan cara ini, Yesus mengundang mereka untuk merefleksikan dan menilai otoritas yang mereka klaim.

Melalui interaksi ini, Yesus menegaskan bahwa kuasa-Nya tidak berasal dari manusia, melainkan dari Tuhan. Dengan menghadapi tantangan tersebut, Yesus menunjukkan bahwa kehadiran dan pekerjaan-Nya merupakan bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. 

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pemimpin agama tidak hanya menguji kuasa-Nya, tetapi juga mengungkapkan ketidakmampuan mereka untuk menerima bahwa kuasa-Nya adalah manifestasi dari kehendak Tuhan.

Kemudian Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan cara yang bijaksana dan penuh makna. Ia berkata, "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu, dan jika kamu memberi jawabannya kepada-Ku, Aku akan memberitahumu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes, dari sorga atau dari manusia?" 

Dengan pertanyaan ini, Yesus tidak hanya mengalihkan perhatian mereka dari pertanyaan asal, tetapi juga menantang mereka untuk mempertimbangkan asal-usul kuasa Yohanes Pembaptis yang juga merupakan sumber kuasa-Nya.

Pertanyaan Yesus menyebabkan kebingungan di antara para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Mereka terjebak dalam dilema karena jika mereka mengatakan bahwa baptisan Yohanes berasal dari sorga, mereka harus menjelaskan mengapa mereka tidak percaya pada pesan Yohanes, yang mengarah kepada pengakuan bahwa Yesus memiliki kuasa ilahi. 

Namun, jika mereka mengatakan bahwa baptisan Yohanes berasal dari manusia, mereka takut akan reaksi rakyat yang menganggap Yohanes sebagai nabi. Akibatnya, mereka tidak bisa memberikan jawaban yang memadai dan merasa terpojok oleh pertanyaan Yesus.

Para pemimpin agama itu saling berdiskusi dan mempertimbangkan bahwa jika mereka menyatakan baptisan Yohanes berasal dari sorga, Yesus akan menanyakan mengapa mereka tidak percaya kepada-Nya. 

Di sisi lain, jika mereka mengklaim bahwa baptisan tersebut berasal dari manusia, mereka khawatir akan reaksi orang-orang yang hadir, mengingat Yohanes dianggap sebagai nabi oleh banyak orang.

Akhirnya, ketika mereka menjawab bahwa mereka tidak tahu, Yesus menyatakan bahwa jika demikian, Ia juga tidak akan memberitahukan kepada mereka dengan kuasa manakah Ia melakukan hal-hal itu.

Yesus melakukan banyak mukjizat, seperti menyembuhkan orang buta, membuka telinga yang tuli, dan menyembuhkan berbagai penyakit, sebagai tanda kuasa-Nya dalam pemberitaan Injil. 

Namun, di kampung halaman-Nya sendiri, orang-orang tidak percaya pada kuasa Tuhan, sehingga hanya sedikit yang mengalami mukjizat.

Hadapi Kesulitan denga Kacamata Iman

Dalam perenungan tersebut, Edi Simamora menyampaikan bahwa Allah mengizinkan terjadinya hal-hal yang tidak mudah dalam hidup kita. Namun, kita perlu mengingat kasih setia Tuhan dan melihat setiap persoalan melalui kacamata iman kita. 

 Jawaban Yesus terhadap pertanyaan imam kepala dan tua-tua Yahudi menunjukkan bagaimana memahami karya Allah dalam hidup mereka harus dilihat melalui kacamata iman.

Ia mengaitkan hal ini dengan cara Allah menuntun umat-Nya di padang gurun, menunjukkan bahwa meskipun tantangan besar mungkin muncul, Tuhan tetap setia dan mampu memberikan pertolongan serta mencukupkan kebutuhan mereka selama empat puluh tahun di  Padang Gurun. 

Demikian pula, orang percaya perlu mencontoh tiga pemuda yang takut akan Tuhan dalam Kitab Daniel, yaitu Sadrak, Mesakh, dan Abednego, dalam menghadapi tantangan dengan bijaksana. 

Ketika mereka dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, yaitu ancaman perapian yang menyala, mereka tetap percaya pada pertolongan dan kuasa Allah.

Dalam ibadah Persiapan Kudus kali ini, tim musik dilayani oleh mahasiswa STT Efata Salatiga dengan Worship Leader Ibu Endah Riwayatiningsih. Doa pembukaan dan penutup dilayani oleh Ibu Yulia Santosa, selaku Tim Penggembalaan GPIAI Efata Salatiga. Hadir pula Ibu Pdt Nella Sachli, selaku Gembala Sidang dalam ibadah ini.

Marilah kita memantapkan iman kita dalam menghadapi kesulitan di hari-hari ini. Tuhan menyertai umat-Nya yang setia dan Ia akan memberikan kekuatan serta pertolongan di setiap tantangan yang kita hadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun