Selama waktu-waktu sulit ini, saya merasa sangat terbagi antara tanggung jawab sebagai pendukung utama istri dan kebutuhan untuk menjaga rumah dan anak-anak kami.
Kedua anak kami, tetap di rumah untuk menemani ibunya. Mereka juga berusaha memahami situasi yang sedang kami hadapi, meskipun mereka tentu merasa bingung dan cemas dengan semua perubahan yang terjadi.
 Kehidupan sehari-hari menjadi sebuah keseimbangan yang sangat rapuh antara memberikan dukungan kepada istri dan memastikan anak-anak merasa aman dan dicintai.
Rasa lelah dan kecemasan selalu mengikutiku, dan sering kali saya merasa tertekan karena harus berperan ganda sebagai suami dan ayah di tengah situasi yang sangat berat ini.
 Namun, saya berusaha sekuat tenaga untuk tetap positif dan memberikan yang terbaik untuk keluarga kami, meskipun kenyataan yang kami hadapi tidak selalu mudah untuk diterima dan dijalani.
Setelah menyapa para tetangga dan menyegarkan diri, saya menggantikan kerabat yang telah berjaga sejak malam sebelumnya untuk menjaga bapak. Saat itu, bapak terbaring lemah di tempat tidur, dan tugas saya adalah memastikan ia merasa nyaman dan aman.Â
Selama semalaman, saya berjaga di samping bapak. Kondisi ini membuat saya merasa terjaga terus-menerus, karena bapak sering terbangun secara tiba-tiba.
Tiap kali bapak terbangun dan duduk, saya harus cepat-cepat membantunya kembali berbaring. Kejadian ini terjadi hampir sepuluh kali sepanjang malam. Dalam situasi tersebut, saya merasa prihatin dan terjaga, berusaha menjaga agar bapak tetap dalam posisi yang nyaman.Â
Kesulitan yang dihadapi pada malam itu membuat saya benar-benar merasakan betapa melelahkannya merawat seseorang dalam keadaan yang seperti ini.
Ketika sore tiba, saya merasa perlu untuk pulang ke Salatiga untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan dan memastikan istri saya baik-baik saja.
Setelah memastikan bapak dalam kondisi yang lebih stabil dan menyerahkan penjagaan kepada kerabat yang sudah siap, saya berangkat menuju Salatiga sekitar pukul setengah tujuh malam.Â