Mohon tunggu...
Obed
Obed Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Menghidupi Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Hubungan Antara Agama dan Teknologi

24 Juli 2024   19:29 Diperbarui: 25 Juli 2024   20:35 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persoalan 

Agama adalah bagian penting dari kehidupan manusia di berbagai budaya dan masyarakat di seluruh dunia. Agama sering kali mencakup ajaran, keyakinan, dan ritual yang berhubungan dengan kehidupan spiritual dan hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap sebagai kekuatan atau entitas ilahi, yang bisa disebut Tuhan, dewa, atau entitas lainnya tergantung pada kepercayaan masing-masing.

[1] Di dalam agama, terdapat berbagai peraturan dan tata cara yang mengatur bagaimana individu atau komunitas menghubungkan diri dengan entitas ilahi tersebut. Ini bisa mencakup ritual ibadah, doa, upacara, dan praktik-praktik lain yang ditujukan untuk memperdalam hubungan spiritual, mencari petunjuk moral, atau mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang makna hidup.[2]

 Agama juga sering memiliki aspek etika dan moral yang mengatur perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Agama dapat memberikan panduan moral bagi individu dan masyarakat dalam berbagai hal, seperti etika sosial, moralitas seksual, dan tanggung jawab sosial. Penting untuk diingat bahwa ada banyak agama yang berbeda di seluruh dunia, dan setiap agama memiliki keyakinan, praktik, dan pandangan dunia yang berbeda. 

Selain itu, ada juga orang-orang yang mungkin tidak mengikuti agama tertentu atau bahkan menganut pandangan ateis atau agnostik yang tidak meyakini adanya entitas ilahi.[3] Agama telah memainkan peran penting dalam sejarah, budaya, dan kehidupan manusia, dan terus menjadi salah satu aspek penting dalam banyak masyarakat di seluruh dunia.[4]

Persoalan agama adalah topik yang sangat kompleks dan bervariasi, karena agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan masyarakat. Persoalan agama mencakup berbagai aspek, termasuk kontroversi, konflik, perdebatan filosofis, dan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang keyakinan dan praktik keagamaan. Beberapa persoalan agama yang sering muncul antara lain:

Pertama, pluralisme agama melibatkan upaya agar berbagai agama dapat hidup berdampingan dalam masyarakat yang beragam, dengan penekanan pada penghormatan terhadap perbedaan keyakinan agama oleh individu dan masyarakat. Kedua, konflik agama yang terjadi sepanjang sejarah, seperti perang agama dan konflik etnis-religius, memerlukan strategi untuk pencegahan dan resolusi guna menghindari ketegangan dan kekerasan yang melibatkan perbedaan keyakinan. 

Ketiga, hubungan antara agama dan sains mencakup bagaimana keyakinan keagamaan berinteraksi dengan penemuan ilmiah, serta cara menyelaraskan atau memisahkan antara keyakinan agama dan pengetahuan ilmiah untuk menciptakan pemahaman yang harmonis. Keempat, kebebasan beragama memastikan bahwa individu dapat mempraktikkan agama atau keyakinan mereka tanpa mengalami diskriminasi atau penindasan, yang penting untuk melindungi hak-hak asasi manusia dan menciptakan masyarakat yang inklusif.

Selain persoalan terkait tantangan moral, modernisasi, dan sekularisasi, era kecerdasan buatan (AI) menambah kompleksitas dalam kehidupan beragama. AI mempengaruhi norma dan etika masyarakat dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, menciptakan pertanyaan tentang bagaimana agama dapat memberikan panduan moral dalam menghadapi inovasi teknologi dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. 

Modernisasi dan sekularisasi yang dipicu oleh kemajuan teknologi, termasuk AI, juga mempengaruhi bagaimana agama beradaptasi dengan perubahan sosial, budaya, dan teknologi. Persoalan ini memiliki implikasi besar dalam masyarakat, politik, hukum, dan budaya, sehingga penting untuk berdialog secara terbuka dan hormat tentang isu-isu agama dan AI untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, serta mendorong perdamaian dan toleransi di antara berbagai kelompok agama dan non-agama.

 Meskipun ilmu pengetahuan memiliki manfaat besar, masih ada keterbatasan. Ilmu pengetahuan tidak dapat mengatasi semua masalah dalam kehidupan dan dunia karena keterbatasan akal manusia, keterbatasan alat pengamatan, dan karena realitas yang diamati tidak pernah lengkap. 

Model-model yang digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah penyederhanaan dari realitas, dan dalam beberapa kasus, data yang non-kuantitatif tidak dapat dikumpulkan atau direkam oleh metode ilmiah. Ilmu pengetahuan adalah hasil karya banyak orang dari berbagai tempat dan zaman, dipengaruhi oleh perkembangan gaya pikir yang terus berubah dan semangat zaman yang berkembang.[5] Observasi dalam ilmu pengetahuan selalu berdampak budaya, dan budaya itu sendiri berubah seiring dengan perkembangan manusia. 

Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat telah menggantikan beberapa peran takhayul dan agama dalam memecahkan masalah sehari-hari dan meramalkan masa depan. Namun, ilmu pengetahuan dan teknologi juga telah menimbulkan tantangan baru. Terkadang, ideologi atau agama yang tidak selaras dengan ilmu pengetahuan dianggap sebagai penghalang bagi kemajuan dan kesejahteraan, bahkan dapat menyebabkan konflik.

Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah upaya manusia untuk memahami dunia dan fenomena di dalamnya melalui metode ilmiah. Ini mencakup proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi data untuk menghasilkan pengetahuan yang sah dan terverifikasi. Ilmu pengetahuan tidak hanya mencakup pengetahuan faktual, tetapi juga metode ilmiah untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Ini adalah alat yang kuat untuk memecahkan masalah, memahami alam semesta, dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia.[6] Tentu saja, kita tak bisa mengabaikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah unsur-unsur yang sangat integral dalam kehidupan manusia. 

Penggunaan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan teknologi adalah aspek penting yang memfasilitasi pekerjaan manusia dan memungkinkan kemajuan dalam penelitian yang dapat membawa peradaban menuju masa depan yang lebih baik. Karena itu, tidak mengherankan bahwa perkembangan suatu peradaban sering diukur dengan sejauh mana ilmu pengetahuan telah diterapkan dan memainkan peran dalam kemajuan tersebut.

Ilmu pengetahuan adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk memahami keadaannya dan lingkungannya serta untuk mengadaptasi lingkungannya sesuai dengan kebutuhannya dalam strategi hidupnya. Sebelum era ilmiah, pengetahuan diperoleh secara turun-temurun melalui pengalaman empiris, yang kemudian diteruskan dengan eksperimen dan logika. Ilmu-ilmu dasar yang bersifat universal dan tidak tergantung pada waktu dan tempat memiliki sifat yang lebih luas daripada yang dipengaruhi oleh lingkungan dan zaman. 

Dalam masyarakat ilmiah, penyelesaian masalah pertama-tama diupayakan melalui pendekatan ilmiah, termasuk masalah-masalah masa lalu dan masa depan. Ini berbeda dengan pendekatan lain seperti pendekatan mitologis, tradisional, ilmu pengetahuan rakyat (folk science), supranatural, mistik, atau pendekatan alogis lainnya. Ilmu pengetahuan bergerak maju dengan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan kecil dan mendapatkan jawaban yang kemudian mengarah ke pengetahuan yang lebih besar.[7]

Jadi  Ilmu pengetahuan adalah alat yang kuat untuk memahami dunia dan memajukan masyarakat manusia. Namun, hubungan ini harus diatur dengan bijak. Masyarakat harus memahami, menghargai, dan mengawasi peran ilmu pengetahuan dalam kehidupan mereka. Ilmu pengetahuan, sementara memberikan banyak manfaat, juga memerlukan tanggung jawab dan etika dalam penggunaannya untuk kebaikan bersama.

Aristoteles, dalam karyanya Metaphysica, mengatakan bahwa semua manusia secara kodratnya memiliki keinginan untuk memahami. Ini dimulai dari panca indra manusia yang menerima berbagai pengalaman, baik yang terjadi dalam dirinya maupun di luar dirinya. Mengerti, dalam konteks ini, dianggap setara dengan pengertian. Pengertian adalah aktivitas akal manusia untuk menangkap inti sesuatu tanpa menolak atau mengabaikannya. Dengan kata lain, pengertian adalah kemampuan manusia untuk memahami sesuatu sebagaimana adanya.

Manusia, dalam upayanya untuk mendalami pengetahuannya atau pemahamannya, memiliki dorongan untuk menyelidiki segala sesuatu dengan cara yang obyektif dan sistematis. Tujuannya adalah agar pemahamannya semakin jelas. Dalam proses ini, manusia berusaha untuk menemukan prinsip-prinsip umum yang dapat menghasilkan pemahaman yang mendalam, yang disebut sebagai pengetahuan. 

Pengetahuan adalah kumpulan informasi tentang suatu subjek yang disusun secara sistematis dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan penyebab atau peristiwa yang terjadi. Ilmu pengetahuan, sebagai hasil dari organisasi pengetahuan, sangat penting bagi manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan untuk memahami lingkungannya dalam rangka bertahan hidup.

Hubungan Agama berhadapan dengan Iptek

Hubungan antara ilmu pengetahuan (ilmu) dan agama telah menjadi subjek perdebatan dan pemeriksaan filosofis selama berabad-abad.[8] Berikut adalah beberapa perspektif yang berbeda tentang hubungan antara keduanya: pertama adalah Konflik (Conflict), dalam pandangan ini, ilmu dan agama dianggap sebagai dua wilayah pengetahuan yang saling bertentangan. Konflik ini mungkin muncul ketika temuan ilmiah bertentangan dengan keyakinan agama atau ketika dogma agama menentang teori ilmiah. Sejarah mencatat beberapa kasus ketegangan antara ilmuwan dan otoritas agama, seperti kasus Galileo Galilei yang menentang pandangan gereja tentang heliosentrisme.[9] 

 

Berikutnya adalah pandangan Komplementer (Complementary), menyatakan bahwa ilmu dan agama adalah dua domain pengetahuan yang berbeda dan saling melengkapi. Ilmu digunakan untuk menjelaskan bagaimana alam semesta bekerja secara fisik, sementara agama memberikan panduan moral, etika, dan makna kehidupan. Banyak orang melihat keduanya dapat eksis bersamaan tanpa konflik.

 

Sementara ini dalam pandangan non-overlapping Magisteria (NOMA), dimana konsep ini diajukan oleh ilmuwan Stephen Jay Gould dan menyatakan bahwa ilmu dan agama memiliki domain yang berbeda dan tidak tumpang tindih.[10] Ilmu mengkaji dunia fisik dan alam semesta, sementara agama fokus pada pertanyaan moral dan makna. Gould berpendapat bahwa keduanya seharusnya tidak saling campur tangan dalam urusan masing-masing. Pandangan terakhir adalah dari Integrasi (Integration): Pendekatan ini mencoba untuk mengintegrasikan ilmu dan agama dengan mencari kesamaan dan keselarasan antara keduanya. Beberapa ilmuwan dan teolog mencoba untuk mendiskusikan bagaimana konsep-konsep ilmiah dapat digunakan untuk mendukung atau mengkaji keyakinan agama.

Dengan demikian maka pendekatan terhadap hubungan antara ilmu dan agama dapat sangat bervariasi tergantung pada keyakinan individu dan pemahaman masing-masing. Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang memiliki pandangan yang sama tentang topik ini, dan diskusi tentang ilmu dan agama seringkali kompleks dan mendalam. Selain itu, ada banyak agama yang berbeda, dan pendekatan terhadap hubungan antara ilmu dan agama dapat berbeda-beda dalam setiap tradisi agama.  

Hubungan antara ilmu pengetahuan dan kekristenan telah menjadi subjek perdebatan dan penelitian selama berabad-abad, terutama karena kekristenan adalah salah satu agama dunia yang paling banyak diikuti dan ilmu pengetahuan merupakan metode eksplorasi pengetahuan yang kuat.

 Kaitan agama dan ilmu pengetahuan dapat dipahami diantaranya dalah dengan melihat pemisahan atau konflik. Dalam sejarah, ada periode-periode konflik antara ilmu pengetahuan dan gereja Kristen, terutama selama Abad Pertengahan. Namun, penting untuk diingat bahwa konflik semacam ini sering kali berkaitan dengan dogma gereja yang tertentu dan bukan seluruh kekristenan.  Dalam kaitan ini juga bisa dipahami tokoh dalam sejarah Kristen mencoba untuk mengakomodasi ilmu pengetahuan dengan keyakinan keagamaan mereka.

 Mereka berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan iman dapat bersatu, dan penemuan ilmiah dapat menjadi sarana untuk memahami lebih dalam penciptaan Tuhan. Beberapa ilmuwan Kristen seperti Isaac Newton dan Gregor Mendel adalah contoh-contoh tokoh yang menyatukan kekristenan mereka dengan penelitian ilmiah.[11]

 Penting untuk diingat bahwa pendekatan individu terhadap hubungan antara ilmu pengetahuan dan kekristenan dapat bervariasi. Sementara beberapa orang mungkin melihat ilmu pengetahuan dan kekristenan sebagai saling melengkapi, yang lain mungkin menghadapi konflik atau ketegangan antara keduanya. Kombinasi pemahaman agama, pandangan filosofis, dan pengetahuan ilmiah individu berperan dalam bagaimana mereka melihat hubungan ini. 

Kesenjangan antara ilmu pengetahuan dan iman Kristen adalah fenomena yang terjadi ketika terdapat perbedaan atau ketegangan antara pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah dengan keyakinan keagamaan Kristen. Kesenjangan ini dapat muncul dalam berbagai aspek dan tingkat, dan pengalamannya dapat bervariasi dari individu ke individu.[12] 

 Berikut adalah beberapa upaya penggunaan ilmu pengetahuan dalam konteks Kristen, konsep teologi alam melibatkan upaya untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan keyakinan Kristen.[13] Ini mencakup pemahaman bahwa penemuan ilmiah dapat membantu mengungkap kebesaran dan kebijaksanaan Tuhan dalam penciptaan alam semesta. Ini menciptakan kesempatan untuk memperdalam iman dengan melihat bukti penciptaan dalam aspek-aspek alam semesta yang terungkap melalui penelitian ilmiah. 

Sekolah Kristen sering menawarkan pendidikan yang kuat dalam ilmu pengetahuan bersamaan dengan ajaran agama. Ini memungkinkan orang Kristen untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah sambil tetap mempertahankan keyakinan keagamaan mereka. Pendidikan Kristen juga dapat mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara ilmu pengetahuan dan iman.[14]

 Dalam konteks medis dan ilmiah, penggunaan ilmu pengetahuan dapat membantu dalam penanganan bioetika dan etika sains. Pengembangan teknologi medis, penelitian genetika, dan topik lainnya dapat memunculkan pertanyaan moral yang kompleks. Kristen dapat menggunakan pemahaman ilmiah untuk berkontribusi pada pembahasan etika sains dan mencari solusi yang sesuai dengan nilai-nilai iman mereka. 

Ilmu pengetahuan juga dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia yang diciptakan oleh Tuhan.[15] Studi tentang alam semesta, geologi, astronomi, atau biologi bisa memperdalam pengakuan akan kebesaran dan kompleksitas penciptaan. Ini dapat memperkuat iman Kristen dengan memperluas pemahaman tentang karya Tuhan.

Simpulan

Pemahaman tentang proses-proses alamiah dan fenomena ilmiah dapat memperdalam pengakuan akan kebesaran Tuhan. Banyak Kristen melihat ilmu pengetahuan sebagai alat yang memungkinkan mereka untuk lebih menghargai dan memahami keindahan ciptaan Tuhan. Dalam hal pemahaman tentang iman Kristen itu sendiri, banyak teolog Kristen menggunakan ilmu pengetahuan untuk mendalami teologi.

 Mereka mungkin mempelajari bahasa asli Kitab Suci, sejarah gereja, atau teologi sistematis dengan pendekatan ilmiah. Penting untuk diingat bahwa pandangan tentang ilmu pengetahuan dalam Agama Kristen dapat bervariasi luas, dan banyak individu Kristen memiliki cara unik dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan keyakinan mereka. Yang paling penting adalah bahwa hubungan antara ilmu pengetahuan dan Agama Kristen dapat menjadi sumber pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan penciptaan, serta menjadi sumber inspirasi untuk melayani sesama dan mencari kebenaran..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun