Pencantuman gelar akademik seringkali dilakukan dalam pelayanan jemaat. Â Seseorang merasa bangga dengan gelar akademis yang mereka peroleh karena gelar tersebut mencerminkan pencapaian intelektual, dedikasi, dan kerja keras mereka dalam menyelesaikan studi tingkat tinggi. Gelar akademis sering kali dianggap sebagai simbol prestise dan pengakuan dari institusi pendidikan terkemuka.
Orang-orang yang memegang gelar ini sering kali diberi penghormatan dan dihargai dalam lingkup akademik dan profesional mereka karena dianggap memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan formal. Hal ini dapat memengaruhi cara orang lain berinteraksi dengan mereka, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek kolaboratif, dan membuka pintu untuk kemungkinan karier yang lebih besar.
Desakralisasi gelar
Desakralisasi gelar akademik adalah sebuah konsep yang menyarankan agar kita tidak hanya memandang gelar akademik sebagai ukuran tunggal dari keunggulan seseorang. Ini melibatkan menggeser fokus dari sekadar memiliki gelar akademik menuju penilaian yang lebih holistik terhadap kapasitas dan kompetensi seseorang.
Seseorang dinilai berdasarkan pengalaman kerja, keterampilan praktis, dan kontribusi nyata yang mereka bawa ke dalam lingkungan profesional atau akademik.Â
Dalam lingkungan pelayanan gereja, sering kali terjadi bahwa orang mencantumkan gelar akademik mereka untuk tujuan yang bervariasi. Salah satunya adalah untuk menunjukkan dedikasi mereka terhadap studi agama dan teologi, yang dianggap penting dalam memahami dan mempraktikkan ajaran agama dengan lebih baik.Â
Gelar akademik juga dapat dianggap memperkuat kredibilitas seseorang dalam memberikan pengajaran atau khotbah, karena dianggap memiliki pemahaman mendalam tentang teologi dan doktrin gereja.
Selain itu, mencantumkan gelar akademik dalam konteks pelayanan gereja juga bisa menjadi cara untuk membedakan diri dalam lingkungan gereja yang lebih luas, menunjukkan komitmen terhadap pengembangan spiritual dan intelektual, serta menarik pengikut yang lebih banyak. Meskipun demikian, penggunaan gelar akademik dalam pelayanan gereja harus disertai dengan niat yang tulus dan rendah hati, dengan fokus utama tetap pada pelayanan dan pemberdayaan jemaat, bukan sekadar prestise atau status akademik semata.
Teladan Pelayanan
Yesus Kristus adalah teladan utama dalam pelayanan dengan rendah hati dalam Kristen. Meskipun memiliki otoritas ilahi sebagai Anak Allah, Yesus memberi teladan sikap rendah hati dan pelayanan tanpa pamrih selama hidup-Nya di bumi. Sebagai contoh konkret, Yesus mencuci kaki murid-murid-Nya sebagai tindakan yang menggambarkan pelayanan kasih yang rendah hati (Yohanes 13:1-17). Tindakan ini tidak hanya menjadi pengajaran tentang pentingnya melayani satu sama lain, tetapi juga menggambarkan pengorbanan diri dan kesediaan untuk melakukan pelayanan yang biasanya dilakukan oleh hamba.