Mohon tunggu...
Obed
Obed Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Saya memiliki pengetahuan dan ketertarikan dalam bidang penulisan artikel tentang teologi, teknologi, dan pendidikan. Saya mengabdikan diri untuk mengajar dan berbagi ilmu dalam ketiga bidang tersebut. Penulisan artikel teologi memungkinkan saya untuk mengeksplorasi konsep-konsep spiritual dan keagamaan secara mendalam. Dalam bidang teknologi, saya tertarik untuk menulis tentang inovasi dan perkembangan terbaru. Sementara itu, di bidang pendidikan, saya fokus pada metode pengajaran dan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Figur Otoratif di Gereja pada Era Digital

17 Juli 2024   15:20 Diperbarui: 17 Juli 2024   19:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini bertolak dari pergumulan bersama melalui kegiatan Studi Institut yang diadakan oleh PERSETIA tanggal 15-18 Juli 2024 yang diadakan di Wisma Elika Bandungan. Kegiatan ini bertemakan, "Digital Theology."  

Sebagai perenungan bersama adalah tantangan seorang pendeta sebagai figur otoratif di gereja harus menghadapi kemajuan teknologi. Sebagai figur otoritatif di gereja memiliki peran yang penting dalam pelayanan rohani. Mereka memiliki pengetahuan tentang teologi Alkitabiah, dan kemampuan untuk memberikan khotbah, mengajar, serta memimpin ibadah. Sebagai pemimpin rohani, mereka juga bertanggung jawab dalam membimbing jemaat, dalam pastoral.

Dedikasi mereka terhadap ajaran Alkitab dan pelayanan kepada jemaat membuat mereka dihormati dan dipercaya oleh jemaat. Di era digital saat ini, pendeta sebagai figur otoritatif di gereja dihadapkan pada berbagai tantangan yang memengaruhi cara mereka melakukan pelayanan dan berinteraksi dengan jemaat. 

Obed
Obed
Salah satu tantangan utama adalah perubahan dalam komunikasi dan interaksi. Sebelumnya, komunikasi sering dilakukan secara langsung atau melalui surat, namun sekarang, pendeta harus beradaptasi dengan komunikasi yang modern melalui media sosial, email, dan platform digital lainnya.

Pemaanfaatan teknologi tentu saja memerlukan skill dalam penggunaannya, sehingga Pendeta dapat tetap terhubung dengan jemaat, memberikan dukungan rohani, dan mengkomunikasikan Firman Allah dengan tepat dan relevan.

Selain itu, akses mudah terhadap informasi menjadi tantangan lain bagi figur otoritatif di gereja. Jemaat memiliki akses ke berbagai sumber informasi dari internet, yang mencakup pandangan dan doktrin/ ajaran yang mungkin bertentangan dengan doktrin gereja.

Tantangan lain yang dihadapi adalah etika dalam penggunaan teknologi digital. Pendeta harus memberikan teladan dalam menggunakan media sosial dan teknologi lainnya dengan etika dan tanggung jawab. Mereka harus mempertimbangkan dampak moral, keamanan, dan privasi dalam setiap online.

Pelayanan online juga merupakan aspek yang penting dalam tantangan ini. Meskipun memberikan keuntungan aksesibilitas bagi jemaat yang berada di tempat-tempat terpencil atau tidak dapat hadir secara fisik, pelayanan online juga menimbulkan tantangan dalam mempertahankan keintiman dan makna dalam ibadah. Pendeta perlu mengembangkan pendekatan yang kreatif dan efektif untuk memfasilitasi ibadah yang bermakna dan partisipasi yang aktif dalam lingkungan digital.

Meskipun teknologi memungkinkan koneksi jarak jauh, tantangan dalam membangun dan memelihara hubungan yang dalam dan berarti antar jemaat tetap ada. Pendeta harus bekerja ekstra untuk memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai alat untuk memperkuat, bukan menggantikan, hubungan interpersonal dan persekutuan dalam gereja.

Figur Otorative Tergeser


Pendeta sebagai figur otoritatif di gereja menghadapi tantangan yang signifikan dalam berinteraksi dengan generasi milenial, yang memiliki karakteristik dan pengalaman hidup yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Salah satu tantangan utama adalah perubahan dalam preferensi dan gaya belajar generasi milenial dan generasi Z.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun