Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manifesto Dosen di Era Digital

16 Juli 2024   16:47 Diperbarui: 17 Juli 2024   09:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era pendidikan modern, peran dosen telah mengalami evolusi signifikan dari sekadar pengajar menjadi katalisator yang memotivasi mahasiswa. Generasi millenial, yang tumbuh dalam era digital yang cepat dan penuh dengan informasi, sering kali mencari lebih dari sekadar pengetahuan. Mereka menginginkan pemahaman yang mendalam, keterampilan praktis, dan mentor yang dapat mengarahkan mereka menuju karir masa depan.

Dalam acara Studi Institut yang diadakan Persetia (Perkumpulan Sekolah-Sekolah Teologi Indonesia) dengan menghadirkan pembicara Dr. Epafras, seorang  Peneliti, training instructor at the Inter-Religious Studies (IRS)/Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta di Rumah Retreat Elika Bandungan, (16/07/2024), Dr. Leonard Chrysostomos Epafras, menyoroti pentingnya peran dosen sebagai pembimbing yang tidak hanya menyampaikan materi pelajaran tetapi juga memberikan dorongan semangat, membangun kepercayaan diri, dan membantu mahasiswa mengenali potensi terbaik mereka. 

Menurutnya, 

Obed
Obed
dosen yang efektif harus memperhatikan tidak hanya aspek akademis tetapi juga perkembangan pribadi dan profesional mahasiswa.

Dengan menggunakan teknik pengajaran inovatif, seperti pembelajaran berbasis proyek, kolaborasi antar-disiplin, dan integrasi teknologi, dosen harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang merangsang pemikiran kritis dan kreativitas. 


Dr. Epafras memberi keterangan bahwa peran dosen sebagai teman bagi mahasiswa yang tidak hanya menyampaikan pengetahuan tetapi juga nilai-nilai seperti ketekunan, kemandirian, dan kepemimpinan kepada generasi millenial. Sebagai dosen yang menemani juga berarti membuka pintu-pintu bagi mahasiswa/i untuk menemukan jawaban atas tujuan hidupnya.

Persetia
Persetia
Dosen berperan penting dalam membentuk individu yang siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Selain itu, penting untuk menghargai pendapat mahasiswa tanpa menyalahkan, selain itu penting membuat perkuliahan menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan dan bertanggung jawab.


Pemaparan Dr. Epafras tentang inkarnasi Yesus membawa implikasi penting dalam era digital ini. Konsep ini tidak hanya menggambarkan Tuhan menjadi manusia melalui Yesus Kristus dalam dunia fisik, tetapi juga menyoroti bahwa Tuhan secara langsung memasuki kehidupan manusia. Di zaman di mana teknologi dan media sosial mempengaruhi cara kita berinteraksi, ini mengajarkan bahwa Tuhan tidak hanya hadir dalam aspek spiritual, tetapi juga dalam realitas sehari-hari dan relasi manusia secara mendalam.


Dalam era digital, di mana teknologi memfasilitasi komunikasi global dan koneksi antarindividu, pemahaman terhadap inkarnasi Yesus dapat diperluas. Konsep ini menegaskan bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah manusia, mengerti dan terlibat dalam pengalaman manusia sehari-hari. Dengan demikian, pengalaman rohani dalam era digital tidak terisolasi dari realitas teknologi, tetapi sebaliknya, dapat disatukan dengan cara yang mendalam dan bermakna.

Implikasi teologis dari inkarnasi dalam era digital mencakup kemampuan untuk memadukan pengalaman rohani dengan penggunaan teknologi modern. Umat Kristen dapat menggunakan platform digital untuk menjangkau lebih banyak orang, memberitakan firman, dan memperluas pelayanan ke dalam berbagai kalangan. Ini menggambarkan bahwa pesan inkarnasi tidak hanya relevan dalam konteks tradisional gereja, tetapi juga dalam ruang digital yang semakin mempengaruhi cara kita berinteraksi dan mengalami iman.

Selain itu, inkarnasi Yesus menawarkan contoh konkret tentang bagaimana kehadiran ilahi dapat menyentuh setiap aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan digital. Kehadiran Yesus dalam kehidupan manusia tidak terbatas pada waktu dan ruang tertentu, tetapi relevan sepanjang sejarah dan di setiap generasi, termasuk di era digital ini di mana tantangan dan peluang baru muncul.

Dengan demikian, inkarnasi Yesus dalam era digital menegaskan bahwa prinsip-prinsip teologis tidak statis tetapi dapat diaplikasikan dan diinterpretasikan kembali dalam konteks modern. Ini mengahak para dosen Kristen untuk merenungkan bagaimana nilai-nilai Injil dapat diterapkan dalam penggunaan teknologi yang bertanggung jawab dan mendalam, serta menginspirasi mereka untuk membawa pesan kasih dan pengampunan Kristus kepada dunia yang terhubung secara digital ini.

Dr. Epafras menyampaikan bahwa generasi saat ini menunjukkan ragam keyakinan agama yang inklusif, seperti kesadaran akan sifat relatif kebenaran agama (tentatif), penerimaan terhadap nilai-nilai yang berbeda dari berbagai agama (omnisme), dan penghargaan terhadap keberagaman keyakinan (berbagai keyakinan).

Pergumulan di Perguruan tinggi teologi mencerminkan dinamika kompleks antara tradisi agama yang kaya dan kemajuan teknologi serta tuntutan zaman. Salah satu aspek utama dalam pergumulan ini adalah integrasi kurikulum yang seimbang antara pemelajaran tradisional teologis dengan respons terhadap isu-isu kontemporer. Perguruan tinggi teologi perlu memastikan bahwa mahasiswa tidak hanya memahami dasar-dasar iman mereka tetapi juga dilengkapi dengan pengetahuan yang relevan tentang bagaimana iman dapat diterapkan dalam konteks masa kini yang penuh tantangan.

Selain itu, pergumulan ini juga mencakup penerapan teknologi dalam pengajaran dan administrasi . Penggunaan platform digital untuk pendidikan jarak jauh, seminar online, dan komunikasi mahasiswa dan dosen merupakan hal yang krusial dalam memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa di zaman modern.

Sekolah tinggi teologi juga dihadapkan pada tugas penting untuk melatih mahasiswa dalam kepemimpinan rohani yang efektif di era digital ini. Ini termasuk mempersiapkan mereka untuk memimpin gereja dan organisasi rohani dengan bijaksana, memanfaatkan alat dan strategi modern yang diperlukan untuk mengelola dan melayani umat dengan baik. 

Dalam pandangannya, Dr. Epafras menyoroti pentingnya peran dosen dalam pendidikan tinggi dengan tiga aspek utama. Pertama, dosen harus memahami manifestasi dari peran mereka sebagai pendidik dan pembimbing yang tidak hanya menyampaikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai yang relevan bagi mahasiswa. 

Kedua, penting bagi dosen untuk membangun branding yang kuat sebagai ahli dalam bidangnya dan sebagai pengajar/pendidik yang menginspirasi. Ini melibatkan cara mereka berinteraksi dengan mahasiswa, memberikan motivasi, dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. 

Ketiga, dosen perlu memanfaatkan berbagai media dan teknologi dalam proses pengajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempersiapkan mahasiswa menghadapi tantangan zaman yang dinamis. 

Pada bagian akhir, Dr. Epafras berpendapat bahwa dosen seharusnya memberikan dorongan dan motivasi kepada mahasiswa, mirip dengan efek positif yang dihasilkan oleh dopamin dalam tubuh manusia.

Dalam era digital yang terus berkembang, pengelolaan perguruan tinggi teologi dengan menggunakan teknologi digital dapat membawa manfaat besar dalam menjaga relevansi dan dinamisme institusi ini.

Pertama, integrasi teknologi digital memungkinkan perguruan tinggi teologi untuk menyediakan akses lebih luas terhadap sumber daya pendidikan, termasuk kuliah online, platform pembelajaran jarak jauh, dan repositori digital untuk literatur teologis dan sumber-sumber keilmuan lainnya. Hal ini tidak hanya memperluas jangkauan geografis mahasiswa potensial, tetapi juga meningkatkan fleksibilitas dalam pendidikan, memungkinkan mahasiswa untuk belajar sesuai dengan waktu dan tempat yang mereka pilih.

Kedua, teknologi digital juga memperkuat interaksi dan keterlibatan antara dosen dan mahasiswa. Melalui platform pembelajaran online dan media sosial, dosen dapat terhubung dengan mahasiswa untuk mendukung proses pembelajaran, memberikan umpan balik secara real-time, dan memfasilitasi diskusi dan kolaborasi antar-mahasiswa. 

Dosen yang kreatif dan transformasional memainkan peran krusial dalam memanfaatkan teknologi secara tepat dan efektif di perguruan tinggi teologi. Mereka tidak hanya mengadopsi teknologi digital sebagai alat bantu, tetapi juga mengintegrasikan inovasi dalam metode pengajaran mereka. 

Melalui pendekatan ini, dosen dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang inspiratif dan menantang bagi mahasiswa, memotivasi mereka untuk mengembangkan pemahaman Alkitabiah yang mendalam sambil menghadapi tantangan kontemporer.

Penggunaan teknologi digital oleh dosen kreatif juga mencakup pemanfaatan platform interaktif untuk diskusi, pembelajaran berbasis proyek yang kolaboratif, dan penggunaan media sosial untuk memperluas diskusi teologis dan refleksi spiritual. 

Dengan cara ini, perguruan tinggi teologi dapat mempertahankan reputasinya sebagai pusat pembelajaran yang Alkitabiah, dinamis, dan relevan, serta menghasilkan pemimpin rohani yang siap menghadapi tantangan kompleks dalam memimpin gereja dan masyarakat saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun