Dengan menyebutkan Bonek sebagai sosok yang tiba-tiba mengubah citra suporter MU sebagai sosok yang santun, maka Ruang Berbagi telah menjadikan Bonek sebagai kutukan, yang jika ada peristiwa kebrutalan selalu disangkut-pautkan dengan Bonek. Jika mau dibandingkan, maka fan Liverpool bisa sangat dekat dengan Bonek. Namun kenapa media di Inggris mulai mereduksi perilaku hooliganisme yang biasanya disangkutkan pada Kopites? Ya karena media telah menanggalkan upaya pelabelan sebagai hal yang paling gampang jika menuduh pada sesuatu. Hal ini berkaca pada Tragedi Hillsborough (1989) yang mewariskan sikap anti pada The Sun, media saat itu yang gencar melakukan pelabelan pada fan Liverpool.
Pelabelan ini sama halnya dengan wacana kolonial sebagai suatu usaha yang sistematis untuk menciptakan ilusi kepastian di tengah realitas hidup yang serba cair dan terus-menerus berubah. Pertanyaan saya kepada Ruang Berbagi adalah: Apakah Bonek tidak boleh berubah? ***
Catatan Akhir: Artikel ini saya tulis berdasarkan komentar saya di Ruang Berbagi. Oleh karena artikel rupanya sudah dikoreksi sendiri oleh Ruang Berbagi, maka pertanyaan akhir tidak perlu dijawab. Kiranya menjadi pengingat buat semua.Â
Sumber Pustaka:
"Undang-Undang Nuremberg". https://encyclopedia.ushmm.org/content/id/article/nuremberg-laws
Katrin Bandel. 2021. "Pemikiran Homi K. Bhabha: Sebuah Pengantar Singkat". Hand-out Kajian Pascakolonial. Universitas Sanata Dharma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H