Munculnya teknologi diyakini awalnya mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh teologi Abad Pertengahan. Ketika klaim teologi semakin jauh antara teori dan praktis. Sehingga penggunaan akal sehat mengisi kekosongan akal budi kepada empirisme; pengalaman merupakan satu-satunya cara mencapai pengetahuan. Olehnya, pengetahuan memuncaki pencapain teknisitas bersama asas tradisional memasuki nilai-nilai relativisme. Sebagai akibat yang timbul, perkembangan mereka terbentuk menjadi masyarakat tanpa jarak (relatif); prokreasi masyarakat transisi berpusat pada teknologi bumi dan antar planet.
Masyarakat tanpa jarak ini menghasilkan perkembangan teoknologi demikian kompleks, menelaah kesegala situasi hyper kondisional hingga membentuk dinamika intersubjektif; suatu keadaan yang menciptakan hubungan manusia yang dapat mengkonstruksikan objektivitas bagi realitas mereka sendiri, kemudian hidup dalam totalitas dunia yang mereka ciptakan itu. Â
Progres dari dinamika intersubjektif adalah produksi teknologi untuk mengasimilasikan antara yang natural dan sintetis. Manusia hasil biologis dan robot-robot humanoid Artificial General Intelligence misalnya, serta manipulasi alam yang sudah terdigitalisasi akan terintegrasi menghuni bumi yang tercipta dan kemudian hidup dalam totalitasnya.
Beberapa petunjuk membuktikan bahwa manusia tekoneksi dengan alam melalui frekuensi. Ilmuwan Rusia Alexander Chizhevsky, menemukan ritme biologis dipengaruhi oleh geomagnetik matahari terhadap bumi. Ritme ini, dengan demikian menandai hubungan frekuensi elektromagnetik manusia dan geomagnetik bumi saling terhubung. Mahluk hidup, tumbuhan dan hewan dipengaruhi oleh geomagnetik matahari. Kondisi demikian juga diyakini pada seluruh organisme di bumi dan di luar bumi dengan cara yang misterius. Sains telah membuktikan sendiri bahwa semua adalah bagian dari koneksi jaringan raksasa melalui partikel yang juga adalah frekuensi dalam kesetimbangan kosmos. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Kosmos memiliki aturan kompleks dengan entitas planet-planet yang lain, mereka merajut bersama-sama sebagai rantai kehidupan raksasa realitas dimensi fisik dan non fisik. Dari satu titik energi fundamental yang mengatur substitusi kekosongan kedalam fusi kenyataan. kosmos adalah keindahan perspektif sebuah rumah dari satu titik proyeksinya. Yang kita persepsi hanya realitas fisisiknya, namun yang non fisik hanya mampu dihayati melalui intuisi, terlepas dari indra pengukuran. Manusia mungkin terlalu melebih-lebihkan jika kebenaran diakui hanya dari bukti hipotesis pengukuran.
Jika suatu saat masa depan telah menemukan sains dan teknologi yang otentik, teologipun menjadi integral dalam pengalaman praktis. Semua terkoneksi dalam frekuensi kesetimbangan kosmos. Mungkin tidak lagi ada perang. Manusia kloning, bayi tabung dan robot-robot humanoid telah menguasai teknologi antar bintang saat itu. Menghuni salah satu di sana. Saat dimana mereka menatap ke arah bumi yang sudah tidak lagi berpenghuni. Mereka sama-sama bernostalgia dalam keheningan masa lalu. Di seberang sana sebuah dimensi masyarakat tanpa jarak merajut masa depan mereka yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H