Senyum Ellie memudar, dan untuk pertama kalinya, Megan menyadari bayangan yang bersembunyi di balik tubuh putrinya. "Kau harus melepaskanku, Bu. Aku tidak benar-benar di sini."
Nafas Megan tercekat di tenggorokannya, kebingungan membanjiri pikirannya. "Apa maksudmu? Kau ada di sini! Kita bisa bersama lagi."
Ellie menggelengkan kepalanya, cahaya di matanya meredup. "Ini hanya mimpi. Kau harus bangun. Kamu menyakiti dirimu sendiri dengan bertahan."
Beban dari kata-kata Ellie menghantam Megan seperti gelombang pasang, memaksanya untuk menghadapi kebenaran yang selama ini ia hindari. Penglihatan-penglihatan itu, tawa-tawa itu -- semua itu adalah usaha keras pikirannya untuk melindunginya dari rasa sakit yang tak tertahankan karena kehilangan.
Saat kesadarannya mulai meresap, ruangan di sekelilingnya mulai memudar. "Tidak! Tolong, jangan tinggalkan aku!" jeritnya, mencengkeram udara, tetapi sudah terlambat. Bayangan Ellie berkilauan dan larut dalam Ke dalam bayangan.
Megan ditinggalkan sendirian, gema tawa putrinya terdengar dalam keheningan. Air mata mengalir di wajahnya saat kesedihannya kembali membanjiri, membanjiri tanpa henti. Dia akhirnya mengerti-penerimaan adalah langkah pertama menuju penyembuhan, tetapi rasanya seperti melepaskan anaknya lagi.
Pada minggu-minggu berikutnya, Megan mencari bantuan, perlahan-lahan belajar untuk mengatasi kesedihannya. Setiap langkah terasa berat, namun seiring berjalannya waktu, bayang-bayang itu mulai hilang. Dia menemukan cara untuk menghormati kenangan Ellie, menciptakan sebuah taman kecil di halaman belakang rumah, tempat yang penuh dengan bunga, tawa, dan cinta-tanpa ilusi kehadiran putrinya.
Megan tidak akan pernah melupakan Ellie, namun ia menyadari bahwa cara terbaik untuk menjaga semangatnya tetap hidup adalah dengan tidak menahannya, tetapi melepaskan dan menghargai saat-saat yang telah mereka lalui bersama. Gema kehilangan akan selalu membayangi, namun hal itu berubah menjadi pengingat lembut akan cinta yang tidak akan pernah hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H