Mohon tunggu...
Obar Sobarudin
Obar Sobarudin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Alumni Pasca Sarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Penulis buku, Artikel, Puisi, Pantun, Cerpen, Motivator, Praktisi Hipnosis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Do'a dan Atikan Sepuh

25 Oktober 2024   20:25 Diperbarui: 25 Oktober 2024   20:29 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

         Sore ba'da sholat Asar, saya menghadiri acara Tasyakur Puputan di rumah salah seorang tokoh, Beliau tetangga yang baik sekaligus mitra di kepengurusan DKM At-Taqwa Desa Sukaharja Kecamatan Cibingbin. Istilah Tasyakur Puputan bermakna syukur atas nikmat dari Allah SWT berkaitan telah lahir seorang bayi, dimana bayi terlahir dengan selamat, sempurna anggota tubuhnya, begitu pula selamat ibunya yang telah melahirkan. Kegiatan ini biasa dilaksanakan pada hari ke 7 pasca bayi lahir,  tradisi ini juga dikaitkan dengan sunah Rasul yakni penyembelihan hewan aqikah, pemberian nama dan mencukur rambut si bayi.

        Bila terlahir bayi laki-laki maka disembelih 2 ekor domba, bila lahir bayi perempuan maka disembelih 1 ekor domba. Pada acara itu pula si bayi di beri nama yang baik dengan harapan dengan nama yang baik itu bisa jadi wasilah menjadikan anak yang sehat jasmani dan rohani, jadi anak yang sholeh/sholehah..

       Pada tradisi Tasyakur Puputan ini, susunan acara biasanya :  Pertama Prakata atas nama tuan rumah (orang tua bayi) ke dua Hadoroh/tawasul (mendo'akan keluarga yang telah meninggal dunia), ke tiga pembacaan asrokol sekaligus memotong rambut bayi dan terakhir do'a.

       Pada acara sambutan atas nama tuanh rumah (keluarga orang tua si bayi), biasanya tuan rumah mewakilkan kepada sesepuh desa/tokoh agama untuk memberikan sambutan seperti tertera dalam undangan, kemudian mohon disaksikan oleh tamu undangan bahwa nama bayi yang baru lahir adalah .. (disebutkan namanya) selanjutnya di akhir sambutan sesepuh men do'a semoga bayi yang baru lahir ini "Sing Cageur, Bageur, Pinter tur Singer anu bisa babakti ka anu Maha Suci, taat ka ibu ramana, bisa ngangkat darajat kualawarga, berguna pikeun nusa, bangsa katut agama, jadi jalmi sukses sholeh/sholihah. Ibu ramana mugi sehat, rizkina di jembar luaskeun pikeun ngurus ngatik ngadidik ieu murangkalih. Maknanya semoga anak yang baru lahir sehat, berakhlak mulia, cerdas dan terampil, bisa mengabdi pada Allah SWT, taat pada kedua orang tua, bisa mengangkat derajat dan nama baik keluarga, dapat berguna bagi nusa, bangsa dan agama, bisa sukses dan jadi anak sholeh/sholehah. Begitu pula orang tuanya semoga sehat, rizkinya berlimpah untuk mengurus dan mendidik anaknya yang baru lahir. Suatu ungkapan dan do'a yang sangat baik, mulia  dan lengkap,

       Acara dilanjutkan hadoroh atau tawasul kepada Rasul nabi Muhammad SAW dilanjutkan mendo'akan para leluhur (keluarga bayi) yang telah meninggal dunia dengan harapan mereka di alam kubur mendapat ampunan Allah SWT atas segala dosa yang telah diperbuat selama di dunia, diterima segala amal kebaikannya, meninggal dalam keadaan husnul khatimah, diterima iman Islamnya, mendapat nikmat  kubur dan pada akhirnya kelak dapat dimasukan pada surga Allah SWT.

       Selanjutnya acara dilanjutkan dengan pembacaan Sholawat (Asrokol) sebagai pujian dan penghormatan kepada nabi Muhammad SAW, nabi pilihan yang jadi teladan seluruh ummat manusia khususnya umat Islam. Selanjutnya di tengah acara asrokol berlangsung posisi undangan sedang berdiri, di bawalah sang bayi mungil itu oleh orang tua dan diiringi oleh satu oang yang mengoleskan minyak wangi kepada tamu undangan yang telah mendo'akan secara bergantian sembari mencukur beberapa helai rambut sang bayi.

       Sunahnya rambut bayi yang telah di potong kemudian di timbang dengan timbangan gram emas, berapa hasilnya kemudian di korversikan harga emas yang berlaku saat itu kemudian sejumlah uang se harga emas itu di shodaqohkan kepada fakir miskin sekitar.

Dari tradisi Tasyakur Puputan diatas kita dapat mengambil hikmah diantaranya ;

1. Berapapun nikmat yang Allah berikan pada kita, harus di syukuri. Maka sesuai janji Allah SWT nikmat itu akan di tambah.

2. Tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran agama, maka boleh dilaksanakan bahkan di kolaborasikan pelaksanaannya sehingga

     menjadi tradisi yang baik bahkan dapat dikembangkan sehingga lebih menarik dan tidak membosankan.

3. Nama adalah do'a, maka berilah nama anak itu dengan nama yang baik.

4. Untuk menjadi pemimpin yang baik maka ia harus, cageur (sehat jasmani-rohani), bageur (berakhlak baik), pinter (cerdas/berilmu 

     mumpuni) dan Singer (terampil/cekatan).

5. Pemimpin adalah wakil Tuhan di bumi, maka jadilah pemimpin yang layak dan laik  mengemban posisi itu.

        Demikian semoga deskripsi tradisi Tasyakur Puputan dari desa Sukaharja dan do'a dari sesepuh kita dapat di lestarikan sebagaimana mestinya sehingga generasi muda tidak lagi kehilangan contoh tradisi luhur sarat makna dan nasehat. Dengan harapan semoga pemimpin di kabupaten Kuningan dapat menjadi teladan yang mengindahkan prilaku Adi Luhung, Kharismatik, Atikan dan Rancingeus. Aamiin

Kng, 26102024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun