Mohon tunggu...
Obar Sobarudin
Obar Sobarudin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Alumni Pasca Sarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Penulis buku, Artikel, Puisi, Pantun, Cerpen, Motivator, Praktisi Hipnosis

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tipologi dan Pilosofi Pegawai

15 Juni 2024   13:57 Diperbarui: 20 Juni 2024   09:43 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

  Apabila membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendefinisikan pengertian usaha, maka usaha diartikan kegiatan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud. Selanjutnya bila menyimak pengertian  usaha menurut Nana Supriatna dkk mendefinisikan usaha adalah segala kegiatan yang dilakukan manusia dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

  Dari dua definisi di atas dapat di sederhanakan pengertian usaha, usaha adalah upaya yang dilakukan oleh mahkluk hidup dalam upaya  mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk mencapai tujuan tertentu. Pada proses usaha itu kemudian muncul aktivitas, adaptasi, macam dan cara berusaha untuk kemudian menjadi sistem kerja. Pada tataran ini, ada kerja solo atau individual ada pula kerja kolektif atau kelompok. Sejatina tidak ada "supermen, yang ada super work" bermaknanya tidak ada orang sukses sendirian, tapi yang ada sukses hasil kerja bersama yang baik.

   Selanjutnya dari berbagai aktivitas usaha itu, muncul kesatuan beberapa orang yang mempunyai beberapa persamaan, kesamaan dimaksud bisa berupa kesamaan latar belakang pendidikan, jenis kelamin,  tempat tinggal, tempat kerja dan tujuan yang akan dicapai. Dari beberapan kesamaan itu kemudian membentuk koloni, dengan bahasa kekiniannya di sebut organisasi.

    Satu diantara beberapa jenis usaha atau pekerjaan adalah menjadi pegawai di Instansi Pemerintahan, baik itu pemerintah pusat atau pemerinrah daerah. Selanjunya jenis pekerjaan ini yang akan menjadi sorotan penulis. Dalam praktek beraktivitas di dunia kerja  di jumpai beberapa tipologi pegawai, selanjutnya dari beberapa tipologi itu kita bisa ber refleksi pada posisi mana kita berada, tipologi dimaksud diantaranya :

1. Pegawai Pemikir

    Pegawai tipe ini dalam aktivitas bekerja senantiasa menggunakan akalnya untuk berpikir dan berusaha keras dalam rangka mengoptimalkan hasil pekerjaannya, mencari dan memunculkan inovasi baru untuk mempermudah, menyederhanakan proses, jalan pintas tapi tak menyerempet norma atau kode etik pegawai. Pekerja tipe ini dilapangan akan nampak lebih kreatif, inovatif untuk kemudian bisa meng efektifkan dan meng efesienkan hasil pekerjaannya. Dalam bekerja ia nampak serius tapi tenang penuh kehati-hatian, di lihat atau tidak oleh atasan, rekan sejawat dan masyarakat, ia senantiasa bekerja dengan baik, ia berprinsip ini ada tugas dan tugas harus dikerjakan sesuai SOP yang telah ia sepakati, yang telah ditanda tangani pada pakta Integritas Pegawai. Pegawai tipe ini tidak berpikir  "Atuda" (Duh Susah Karena...) tapi ia berpikur "Sok Sanajan" (Walaupun Dengan..) serba keterbatasan tapi sanggup selesaikan tugas dengan baik. Ia berprinsip "Tiada Rotan Akarpun Jadi."

2. Pegawai Jarang Berpikir

  Pegawai tipe ini dalam bekerja tidak selalu berpikir kritis, tapi berpikir seriusnya manakala ada bocoran  Inspeksi Mendadak (sidak), akan ada audit, akan ada akreditasi, akan ada Monitoring dan Evaluasi (monev), akan ada visitasi, ada rekan media massa (wartawan). Bekerja cenderung santai tidak ada target untuk meningkatkan hasil kerja, tidak mau meningkatkan kompetensi diri, tidak punya target meningkatkan grade Institusi, berdiam pada zona nyaman. Acuh pada fenomena di lapangan, yang penting tidak merugikan diri pribadi. Cenderung berpikir "Atuda" (Duh Susah Karena ...) sering mengeluh dengan kondisi yang ada, mencari kambing hitam pada setiap permasalahan kerja.

3. Pegawai Tidak Berpikir

  Pegawai tipe ini dalam bekerja hanya menjalankan rutinitas belaka, tidak mau berpikir exstra, berpikir seadanya saja bahkan cenderung tidak berpikir. Prinsipnya ada tugas kerjakan, tidak ada ya sudah, tugas yang penting selesai, soal hasil menjadi urusan lain, tak mau tahu institusi mau ke arah mana dibawa pimpinan, sekalinya ada tugas harus di infus sedikit rupiah, dalam benaknya tak ada logistik maka logika tumpul kinerja buntu. Mengamankan diri pada zona nyaman. Cenderung pasif, kurang peka terhadap perkembangan zaman yang menuntut untuk penigkatan kompetensi pribadi dan kedinasan.

4. Pegawai Jadi Pikiran Orang Lain

  Pegawai tipe ini  jika di bandingkan dengan ketiga tipologi diatas, maka tipe ini paling memprihatinkan. Dalam bekerja ia senantiasa susah diatur, sekemauan dirinya saja, sulit menerima saran apalagi kritik dari atasan terlebih dari rekan, Saran dari rekan senior  sering ia tolak, apalagi saran dari junior ia abaikan. Ia beranggapan kemampuan orang lain di bawah kemampuan dan kapasitas dirinya. Ia akan menerima saran, masukan atau kritik bila  datang dari Institusi lebih tinggi dari Institusi tempat ia bekerja, yang  secara hirarki kedinasan berhak untuk melakukan visitasi, monitoring dan evaluasi, uji kompetensi, koreksi dan lain sebagainya.

  Sering pada kegiatan sekala besar, ia menghendaki jadi ketua panitia, tapi anehnya ketika jadi ketua panitia kegiatan tertentu cerderung memposisikan diri sebagai pimpinan mutlak, saran dari atasan sekalipun kerap ia abaikan. Tupoksi sekretaris dan bendahara ia rangkap, kedua jabatan kepanitian itu hanya formalitas belaka, pada praktek dilapangan semua sendiri ia lakukan. Pasca kegiatan tak ada administrasi lengkap sebagai bukti kegiatan telah dilakukan, tidak ada keterbukaan keuangan, berapa masuk dan berapa uang keluar sehingga surplus atau minusnya laporan keuangan kerap menjadi bias.

    Ketika tidak sejalan dengan pemikiran, gagasan dan kemauan ia, ia kerap jadi propokator yang sering mempropokasi rekan kerja lainnya untuk turut mendukung gagasan dan pemikirannya bahkan ia berprinsip kegiatan supaya tidak sukses bahkan gagal total. Orang di sekitar terus ia pengaruhi dengan balutan seolah logis, ilmiah, rasional padahal penuh sisipan tendensius, iri, dengki dan hasud.

 Perilaku demikian menjadi bahan obrolan, gibahan bahkan kajian serius bagi tipologi pertama, pimpinan dan instansi terkait, sehingga perlu kerja exstra untuk mencari solusi nyata. Suasana kerja menjadi tidak nyaman, panitia suatu kegiata jadi tak solid, suasana gejed tak harmonis. Benar-benar jadi pikiran orang waras.

Saran

    Sejatinya bekerja seperti seorang petani yang mencangkul sawahnya, terus saja mencangkul dengan rajin, tetapi manakala sedang mencangkul menemukan jamur, belut, tutut, kacang tanah, bahkan harta karun, itulah rezeki anak sholeh, ambil dan terima saja, berbeda halnya bila fokus mencari jamur, belut, tutut, kacang tanah terlebih harta karun, maka pekerjaan pokonya tak akan pernah tuntas.

  Selanjutnya bekerja sebaiknya pakai prinsip Pek, Pok, Prak. Maknanya Pek (Silahkan), silahkan cari cara untuk berbuat yang  terbaik  yang legal dan halal, kemudian Pok (ucapkan), ucapkan dan sampai gagasan itu pada yang orang yang tepat untuk kemudian Prak (Praktekan/kerjakan) kerjakan sesuai rencana sesudah melalui tahapan diskusi komprehensif. Tak ada masalah yang tidak terselesaikan kecuali melalui musyawarah, diskusi dan kajian ilmiah.

    Selanjutnya dalam bekerja harus punya ambisi, maknanya punya kemauan yang  kuat untuk maju, pertaruhkan jabatan, posisi, gelar, nama baik untuk hal lebih baik dan maju, bukankah ada pribahasa populer "MAN JADDA WAJADA" siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan dapat. Sejalan juga dengan motto "HARI INI HARUS LEBIH BAIK DARI HARI KEMARIN", maknanya seorang pegawai harus dinamis, mau berjuang untuk lebih baik, lebih maju.

  Terus mengabdi untuk negeri tetcinta, terus bekerja keras, bekerja tuntas bekerja ikhlas.

Semoga bermanfaat, Aamiin

Kng, 150624

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun