Pegawai tipe ini  jika di bandingkan dengan ketiga tipologi diatas, maka tipe ini paling memprihatinkan. Dalam bekerja ia senantiasa susah diatur, sekemauan dirinya saja, sulit menerima saran apalagi kritik dari atasan terlebih dari rekan, Saran dari rekan senior  sering ia tolak, apalagi saran dari junior ia abaikan. Ia beranggapan kemampuan orang lain di bawah kemampuan dan kapasitas dirinya. Ia akan menerima saran, masukan atau kritik bila  datang dari Institusi lebih tinggi dari Institusi tempat ia bekerja, yang  secara hirarki kedinasan berhak untuk melakukan visitasi, monitoring dan evaluasi, uji kompetensi, koreksi dan lain sebagainya.
 Sering pada kegiatan sekala besar, ia menghendaki jadi ketua panitia, tapi anehnya ketika jadi ketua panitia kegiatan tertentu cerderung memposisikan diri sebagai pimpinan mutlak, saran dari atasan sekalipun kerap ia abaikan. Tupoksi sekretaris dan bendahara ia rangkap, kedua jabatan kepanitian itu hanya formalitas belaka, pada praktek dilapangan semua sendiri ia lakukan. Pasca kegiatan tak ada administrasi lengkap sebagai bukti kegiatan telah dilakukan, tidak ada keterbukaan keuangan, berapa masuk dan berapa uang keluar sehingga surplus atau minusnya laporan keuangan kerap menjadi bias.
  Ketika tidak sejalan dengan pemikiran, gagasan dan kemauan ia, ia kerap jadi propokator yang sering mempropokasi rekan kerja lainnya untuk turut mendukung gagasan dan pemikirannya bahkan ia berprinsip kegiatan supaya tidak sukses bahkan gagal total. Orang di sekitar terus ia pengaruhi dengan balutan seolah logis, ilmiah, rasional padahal penuh sisipan tendensius, iri, dengki dan hasud.
 Perilaku demikian menjadi bahan obrolan, gibahan bahkan kajian serius bagi tipologi pertama, pimpinan dan instansi terkait, sehingga perlu kerja exstra untuk mencari solusi nyata. Suasana kerja menjadi tidak nyaman, panitia suatu kegiata jadi tak solid, suasana gejed tak harmonis. Benar-benar jadi pikiran orang waras.
Saran
  Sejatinya bekerja seperti seorang petani yang mencangkul sawahnya, terus saja mencangkul dengan rajin, tetapi manakala sedang mencangkul menemukan jamur, belut, tutut, kacang tanah, bahkan harta karun, itulah rezeki anak sholeh, ambil dan terima saja, berbeda halnya bila fokus mencari jamur, belut, tutut, kacang tanah terlebih harta karun, maka pekerjaan pokonya tak akan pernah tuntas.
 Selanjutnya bekerja sebaiknya pakai prinsip Pek, Pok, Prak. Maknanya Pek (Silahkan), silahkan cari cara untuk berbuat yang  terbaik  yang legal dan halal, kemudian Pok (ucapkan), ucapkan dan sampai gagasan itu pada yang orang yang tepat untuk kemudian Prak (Praktekan/kerjakan) kerjakan sesuai rencana sesudah melalui tahapan diskusi komprehensif. Tak ada masalah yang tidak terselesaikan kecuali melalui musyawarah, diskusi dan kajian ilmiah.
  Selanjutnya dalam bekerja harus punya ambisi, maknanya punya kemauan yang  kuat untuk maju, pertaruhkan jabatan, posisi, gelar, nama baik untuk hal lebih baik dan maju, bukankah ada pribahasa populer "MAN JADDA WAJADA" siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan dapat. Sejalan juga dengan motto "HARI INI HARUS LEBIH BAIK DARI HARI KEMARIN", maknanya seorang pegawai harus dinamis, mau berjuang untuk lebih baik, lebih maju.
 Terus mengabdi untuk negeri tetcinta, terus bekerja keras, bekerja tuntas bekerja ikhlas.
Semoga bermanfaat, Aamiin
Kng, 150624