Mohon tunggu...
Ara
Ara Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar biasa yang masih belajar

Bukan siapa siapa, cuma anak kandung ayah sama bunda.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Itu Bukan Aku

27 November 2024   15:42 Diperbarui: 27 November 2024   15:42 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hawa dingin malam itu menusuk tulang. Di sebuah kamar rumah sakit, seorang lelaki bernama Zyen terbaring tak berdaya. Napasnya tertahan di antara suara mesin yang ritmis. Tubuhnya terdiam, tapi pikirannya ada di tempat lain---berdiri di ujung terowongan cahaya.

Ia menatap ujungnya, di mana terang menyilaukan memanggil. Kakinya ragu untuk melangkah. Namun di belakangnya, sebuah suara lembut memanggil.

"Zyen, aku di sini. Jangan tinggalkan aku," bisik suara itu.

Ia menoleh. Di sana berdiri gadis dengan senyuman yang selalu menjadi rumah baginya. Mata gadis itu penuh kasih, seolah-olah ia tahu bahwa hanya dengan melihatnya, Zyen akan memilih untuk bertahan.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Zyen, suaranya bergetar.

"Aku selalu di sini," jawab Ray dengan lembut. "Kamu hanya perlu mendengar."

Ray menggenggam tangannya, membawanya perlahan menjauh dari cahaya di ujung terowongan. Bersama-sama, mereka berjalan melewati dunia yang seolah terbuat dari kenangan. Setiap langkah mereka memunculkan kilasan-kilasan kenangan---berjalan di taman, Zyen dan Ray bercanda di bawah hujan, berdansa tanpa musik di ruang tamu, dan tertawa bersama di bawah pohon besar yang mereka sebut tempat rahasia.

Namun, semakin lama mereka berada di situ, Zyen mulai merasa ada yang berbeda. Tempat itu, meskipun penuh kehangatan, tidak nyata. Zyen menyadari bahwa tempat ini bukanlah milik mereka berdua. Dan Ray---wajahnya yang hangat dan cerah mulai memudar, seperti bayangan yang tersapu angin.

"Jangan pergi," ujar Zyen, memegang tangannya lebih erat.

"Aku tidak bisa terus di sini," Ray menjawab dengan senyumnya yang masih lembut namun kini penuh rasa pedih. "Aku hanya datang untuk memastikan kamu kembali."

"Bagaimana bisa aku kembali tanpa bersamamu?," bisik Zyen, matanya mulai dipenuhi air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun