Ray hanya tersenyum. Ia melangkah lebih dekat dan mencium kening Zyen dengan lembut.
"Aku bukan orang yang bisa menemanimu lagi," bisiknya. "Hiduplah untukku, Zyen."
Ketika Zyen membuka matanya, ia mendapati dunia nyata menyambutnya kembali. Dokter dan perawat berkumpul di sekitarnya, wajah mereka penuh kelegaan. Dari sudut matanya, Zyen melihat sesuatu bergerak di jendela. Seekor kupu-kupu dengan corak sayap yang indah hinggap sejenak, mengepakkan sayapnya dengan anggun, sebelum terbang ke langit biru.
Zyen tersenyum samar, air mata hangat mengalir di pipinya. "Aku mengerti, Ray. Terima kasih," gumamnya pelan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H