Jakarta -- 11 Oktober 2024 -- kasus kekerasan terhadap anak di tempat penitipan anak (daycare) semakin marak, ini memicu kekhawatiran bagi orang tua di seluruh Indonesia. Kekerasan yang terjadi bukan hanya fisik saja, tetapi juga kekerasan psikologis dan emosional yang dilakukan oleh pengasuh atau staf daycare. Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang sumber fenomena ini dan bagaimana mereka mempengaruhi perkembangan anak.
Kekerasan di Daycare: Masalah yang Mengkhawatirkan
Sejumlah kasus yang terungkap dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa anak-anak yang dipercayakan untuk dirawat di daycare malah menjadi korban kekerasan. Laporan menunjukkan bahwa anak-anak dilayani dengan sangat buruk oleh orang tua yang mengharapkan lingkungan yang aman dan mendidik.
Tidak hanya kekerasan fisik seperti pukulan atau bentakan, tetapi juga kekerasan emosional dan psikologis juga terjadi di fasilitas perawatan anak ini. Anak- anak seringkali merasa terabaikan, ditelantarkan, atau bahkan dihukum secara tidak wajar oleh pengasuh atau staf yang seharusnya memberikan perawatan dan perhatian penuh kepada mereka.
Dampak Kekerasan pada anak
Anak-anak yang mengalami kekerasan di daycare memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan mereka. Anak-anak yang mengalami kekerasan fisik atau emosional ini berisiko mengalami trauma psikologis, gangguan perilaku, dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Akibatnya, perilaku sosial mereka serta kemampuan mereka untuk membangun rasa aman dan percaya diri dapat terpengaruh.
Menurut teori perkembangan sosial-emosional Erik Erikson pada tahap usia dini, anak-anak berada pada tahap autonomi Vs rasa malu dan keraguan. Â Jika anak-anak mengalami kekerasan atau pengabaian, mereka cenderung kehilangan rasa percaya diri dan mengalami keraguan terhadap kemampuan diri mereka. Ini dapat menghambat perkembangan emosional mereka, yang seharusnya dipenuhi dengan rasa aman dan kepercayaan diri.
Teori attachment (ikatan) dari John Bowlby juga sangat relevan. John Bowlby berpendapat bahwa anak-anak membutuhkan hubungan yang aman dengan pengasuh mereka untuk mengembangkan rasa percaya yang mendalam terhadap orang dewasa dan dunia sekitar mereka. Kekerasan dalam daycare dapat merusak iktan ini, yang menyebabkan anak-anak merasa tidak aman dan terisolasi, juga berpotensi mengalami gangguan emosional yang lebih serius dimasa depan.
Menurut Jean Piaget juga teori perkembangan kognitif juga menujukkan bahwa pada usia dini, anak-anak berada pada tahap operasi konkret yang di mana mereka mulai memahami  dunia secara lebih sistematis. Tetapi, jika mereka mengalami kekerasan anak-anak mungkin lebih fokus pada rasa takut dan kecemasan daripada megekplorasi dan belajar. Hal ini dapat menghambat proses belajar mereka dan bisa menggangu perkembangan kognitifnya secara keseluruhan.
Tanggapan Pemerintah dan Upaya Perbaikan
Menanggapi marakya kasus kekerasan ini, pemerintah dan lembaga mulai meningkatkan upaya pengawasan terhadap fasilitas daycare. Langkah yang sedang dipertimbangkan yaitu:
- Peningkatan Pelatihan untuk Pengasuh, ini agar mereka dapat menangani anak dengan lebih baik, mengelola stres, dan memberikan perhatian yang sesuai dengan kebutuhan emosional anak-anak.
- Pemeriksaan yang Lebih Ketat Terhadap Fasilitas Daycare, dengan peninjauan berkala mengenai standar keselamatan dan kualitas perawatan anak yang disediakan.
- Pemberian Dukungan Psikologis bagi Pengasuh, agar membantu mereka mengatasi stres dan tantangan dalam pekerjaan mereka, dan mencegah potensi terjadinya kekerasan terhadap anak.
Kesimpulan
Kasus yang terjadi di daycare menujukkan betapa pentingnya untuk  mengubah sistem pengasuhan menjadi tempat yang lebih baik dan lebih aman bagi anak-anak. Untuk menangani masalah ini, pemerintah, lembaga pengasuhan, dan masyarakat harus bekerja sama. Dengan peraturan yang lebih ketat, pelatihan pengasuh yang lebih baik, dan kesadaran yang lebih besar dari orang tua dan masyarakat, diharapkan anak-anak akan tumbuh dalam lingkungan yang lebih aman, penuh kasih sayang, dan mendukung perkembangan mereka sepenuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H