Pernahkah para pelaku pendidikan itu menyadari bagaimana kalau Newton tidak pernah duduk santai di kebunnya dan mengamati pohonapel, Bagaimana kalau Thomas Alfa Edison tidak penasaran dengan listrik yang bisa menghasilkan cahaya, bagaimana kalau Bill gates tidak penasaran sampai keluar dari Harvard demi mengembangkan mini-komputernya,Apakah akan ada angka 0 kalau Al Khawarizmi tidak tertarik untuk belajar matematika?
Esensi belajar sebenarnya adalah proses perjalanan seseorang mencari jawaban dari tidak tahu menjadi tahu. Tidak bisa menjadi bisa. Inkompetensi menjadi kompetensi. Harus ada pertanyaan, rasa ingin tahu, dan motivasi mereka untuk mencari jawaban agar tercipta kondisi belajar yang idela.Â
Sistem belajar saat ini adalah anak - anak ditumbuhkan untuk menjawab pertanyaan yang dibuat oleh pembuat pertanyaan. Anak - anak tidak dibebaskan untuk mengekplorasi rasa ingin tahunya.Â
Mereka tentu tidak akan bisa bertanya kenapa cicak bisa menempel di dinding saat jam pelajaran matematika, bahkan di pelajaran sains pun apabila belum waktu materinya, pasti guru tidak akan menjawab pertanyaan si anak dengan detail. Sesampianya di rumah, mereka sudah lupa dengan pertanyaan tadi.Â
Mereka akan lebih memilih bermain dengan gadgetnya karena seharian sudah berkutat pada pembelajaran yang tidak semuanya menarik hati mereka. Hilang sudah momentum, anak mencari jawaban dari pertanyaannya. Lama kelamaan, mereka terprogram hanya belajar untuk menjawab pertanyaan.Â
Pertanyaan  A akan dijawab dengan jawaban A. Tidak perlulah membaca ABCD. Cari praktis. Ada google yang bisa menjawab semua pertanyaan mereka.Â
Tidak aneh, kalau akhirnya mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang suka membuat kesimpulan walaupun hanya membaca nukilan berita. Mereka sudah tidak terbiasa menguji sebuah pernyataan.Â
Baca judul, buka artikel, baca sekejap, menarik, share. Hasilnya, bisa kita lihat sekarang , Berita HOAX mudah sekali menyebar. Padahal sudah jelas bahwa di momen "ganti presiden" ini akan banyak BOT yang diciptakan hanya untuk membuat berita pencitraan, saling menjatuhkan, dan klaim kebenaran.
Sering saya melihat wajah anak - anak di Omah Sinau Kami dengan perasaan tak menentu. Mau dibawa kemana mereka. Praksis pendidikan dasar sudah terbukti gagal menumbuhkan daya nalar bagi pesertanya. Apakah memang sistem ini dibuat langgeng begini saja untuk memudahkan kepentingan "invisible hand" agar mudah menjajah negeri ini.Â
Pendidikan sudah menjadi industri. Seakan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas harus siap menggelontorkan hampir sebagian besar dana keluarga.Â
Pendidikan adalah investasi, jelas untuk mengembalikan investasi taid, para orang tua berharap anaknya mendapat pekerjaan yang layak agar dana pendidikannya tidak sia-sia. Suap sana sini. Korupsi menjadi - jadi.