Pola pendidikan sosialisasi yang benar mungkin akan mengurangi kemungkinan besar, anak kita menjadi the next koruptor.
Apa itu Sosialisasi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosialisasi adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mengubah suatu milik individu menjadi milik orang ramai (milik negara) atau bisa juga disebut sebagai proses belajar seseorang sebagai anggota masyarakat dalam mengenal dan menghayati kebudayaan di lingkungannya atau sebuah usaha untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh khalayak umum atau masyarakat luas.
Jadi, proses sosialisasi adalah sebuah proses sosial yang terjadi di dalam diri seseorang dalam mempelajari, menyesuaikan diri atau mematuhi norma -- norma sosial, nilai, perilaku, dan adat istiadat yang berlaku di dalam masyarakat sehingga dapat berperan dan berfungsi secara aktif di dalam kelompok atau masyarakatnya.
Proses Belajar Sosialisasi Anak
Mengacu pada keterangan di atas, bisa dikatakan proses belajar sosialisasi anak bukan hanya berhubungan antara dia dengan anak sebayanya namun mempersiapkan seorang anak untuk mampu mempelajari, menyesuaikan diri dalam aturan yang berlaku dalam masyarakat atau kelompok yang jelas lebih heterogen.
Secara alamiah anak akan berkembang dan harus mengerti bahwa ada satu tempat dimana mereka harus menghadapi berbagai macam makhluk sosial yang beragam bukan hanya sama atau sekelompok seperti keluarga atau lingkungan sekolahnya.
Apakah sekolah menjadi adalah tempat utama anak belajar bersosialisasi ?
Kalau sekolah menjadi media sosialisasi, jelas jawabannya iya. Hanya kalau lingkungan sekolah dianggap sebagai tempat utama anak belajar bersosialisasi, tentu saja TIDAK! Dalam sekolah anak dibentuk dalam satu komunitas yang sama, komunitas belajar dengan usia yang hampir sama dan pencapaian orang tua terhadap anak yang hampir sama. Belum lagi, banyak sekali sekolah yang lebih mengecilkan ruang lingkupnya misalnya sekolah islam, sekolah katolik, sekolah internasional, sekolah favorit, sekolah kejuruan, dll . Semakin sempit saja kemampuan sosialisasi anak dikembangkan. Mereka yang sekolah di sekolah favorit tentu saja akan jadi lebih "jumawa" dengan status yang dimilikinya, anak pintar atau anak dari keluarga 'the have'. Mereka yang bersekolah di sekolah berdasarkan agama akan semakin militan dan merasa kelompoknya lebih eksklusif dari yang lain. Di sinilah akan tumbuh sedikit demi sedikit paham radikalisme. Meskipun tentu saja kita tidak bisa "nggebyah uyah" pada setiap individu.
Sosialisasi pada anak bukan hanya sebatas mencari teman bermain.
Buat saya belajar sosialisasi pada anak adalah mempersiapkan mereka untuk menjadi manusia yang memanusiakan manusia saat mereka dewasa dan berkumpul dalam komunitas atau masyarakat. Tujuan inti dari belajar sosialisasi sebagai berikut