Mohon tunggu...
Nyonya Ria
Nyonya Ria Mohon Tunggu... Front End Developer -

Saya adalah Pembelajar. Belajar menjadi ibu, belajar menjadi penulis, belajra mengenal sejarah lokal, belajar untuk memiliki hidup yang lebih berkualitas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menjelajah Pecinan di Kota Malang

7 Desember 2015   22:49 Diperbarui: 7 Desember 2015   23:22 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota malang dan Batu adalah destinasi utama liburan Di Jawa Timur. Waktu tanggal merah dan weekend, Malang menjadi "kawasan padat" terutama di tujuan utama liburan seperti Kota Batu dan Gunung Bromo. Nyaman? tentu tidak. Namun, Apa daya bagi sebagian orang liburan hanya bisa dilakukan di weekend dan tanggal merah. Buat kamu yang datang ke Malang untuk menikmati liburan yang sebenarnya dan bebas macet, saya berikan alternatif trip yang seru yaitu MENJELAJAH KAWASAN PECINAN MALANG.

Kalau kamu cinta dengan sejarah dan kota tua atau pemburu foto yang unik, cobalah trip ini.

Malang Punya Pecinan ya?

Pertanyaan ini pernah diajukan seorang teman yang pernah datang ke Malang. jawabannya , Punya Dong. Kawasan Pecinan hampir ada di seluruh dunia, maklum Bangsa China adalah Bangsa Pedagang yang berlayar dan merantau ke berbagai negara. Kalau di luar negeri seperti San Fransisco, kawasan Pecinan diperkuat kehadirannya dan dijadikan sebagai tujuan wisata budaya. Kalau di Indonesia fungsi Pecinan semakin kabur berganti menjadi kawasan perekonomian. Sebenarnya Pecinan di Malang, masih terasa hidup, namun sudah tidak terasa suasana orientalnya. Tidak ada hitungan feng shui dan ornamen berwarna merah khas warga Tionghoa. Namun, banyak juga bangunan tua yang masih berdiri kokok meskipun sudah terlihat usang dan tak terawat.

Untuk menikmati penjelajahan ke Pecinan saya biasanya mengajak teman saya untuk Naik Becak. Alasannya, biar gak capek dan juga berbagi rejeki dengan bapak tukang Becak. Tarif Naik Becak dari Toko Oen hingga berkeliling kawasan pecinan biasanya dipatok Rp 25,000. Kalau beruntung, kita bertemu dengan bapak becak yang sudah sepuh, biasanya mereka suka bercerita tentang sejarah kawasan tersebut.

Kamu Bisa Mampir ke beberapa Destinasi berikut :

1. Klenteng Eng Ang Kiong

Berada di tengah kota tepatnya di Jalan R.E. Martadinata 1 Malang, lokasi Kelenteng Eng An Kiong sangat strategis. Bangunan yang merupakan kelenteng Tri Dharma ini dipergunakan sebagai tempat ibadah bagi penganut agama Ji (Khonghucu), Too (Tao), dan Sik (Buddha). Eng An Kiong -yang merupakan sebutan suci bagi kelenteng ini- dapat diartikan sebagai Istana Keselamatan dalam Keabadian Tuhan. Konon, Kelenteng Eng An Kiong dibangun pada tahun 1825 (2564 tahun Imlek) atas prakarsa dari Liutenant Kwee Sam Hway (Yauw Ting Kong). Ia adalah keturunan ketujuh dari seorang jenderal di masa Dinasti Ming (1368-1644) di Tiongkok.

Pengurus Klenteng ini saya bilang cukup  welcome kepada semua orang yang berkunjung. Saya yang kebetulan berhijab sering datang ke sini untuk sekadar beli Rujak Cingur ( rujaknya enak banget ) yang berada di basement klenteng ataupun mengantar teman untuk berkeliling Klenteng dan mencoba Ciamsi. Setiap Hari Kamis diadakan latihan karawitan yang bisa diikuti oleh umum. Oh ya, Klenteng eng Ang Kiong juga membuak kursus untuk bahasa Mandarin.

2. Museum Bentoel

Museum ini berada di "petjinan cilik" atau yang lebih dikenal dengan Jalan Wiromargo. Museum ini dulunya adalah rumah tinggal pendiri rokok Bentoel, Ong Hok Liong. 

Museum ini mengisahkan perjalanan Ong dalam mengawali usaha rokoknya dan mengelolanya sampai berkembang pesat. Dari lukisan yang dipajang di dalam museum, tertulis dengan jelas bagaimana kronologi berdirinya rokok Bentoel ini. Tahun 1910, Ong Hok Liong mencoba rokok dengan merajang tembakau menggunakan pisau khusus, mengeringkannya dan membukus dengan menggunakan klobot jagung.

Ternyata inovasi baru yang ia ciptakan diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar.Kemudian Ong Hok Liong membuat beberapa brandrokok hasil ciptaannya menjadi beberapa merek seperti Boeroeng, Kelabang, Kendang, Djeroek Manis, dan Toerki. Namun rokok-rokok tersebut tidak mampu bersaing dengan baik di pasar alias kurang laku. Akhirnya Ong Hok Liong mengganti merek rokoknya menjadi Bentoel setelah ia melakukan perjalanan spiritual ke makam Eyang Jugo di Gunung Kawi tahun 1935.

Saat itu, Ong bermimpi melihat penduduk setempat memikul bentoel, sejenis talas atau umbi dari tanaman keluarga Araceae. Nama ‘bentoel’ itulah yang akhirnya ia anggap sebagai wangsit yang diterimanya selama menjalankan ritual. Terbukti, setelah ia mengganti merek rokoknya menjadi bentoel, usahanya pun makin berkembang.

Sejak itulah, setiap tahun Bentoel mengadakan acara wayang kulit di Gunung Kawi sebagai ucapan terima kasih. Akhirnya banyak orang yang mulai mendatangi Gunung Kawi untuk mencari peruntungan dan berharap kesuksesan seperti yang dialami, Ong Hok Liong. Sayangnya, saat ini perusahaan ini 100% telah dimiliki oleh BAT. Anak dan Cucu Ong Hok Liong banyak yang lebih memilih untuk menekuni bidang lain dan tinggal di luar negeri.

3. Depot Hoklay

Setelah berkeliling menikmati kawasan pecinan. Mari kita akhiri perjalanan ini dengan kenyang. Depot Hok Lay adalah destinasi terakhir kita. Setelah membayar Bapak Tukang Becak, marilah kita masuk ke dalam lorong waktu. Di Depot Hoklay kita akan berasa dilempar di tahun 1900 an. Kursi dan Meja Tua, Pembatas kain lawas, Papan Nama Vintage, dan Koko Penjual yang tampilannya mengingatkan kita pada penjual mie di film - film andi lau. Maklum saja Hoklay berdiri sejak tahun 1937 dan sepertinya tidak mengalami renovasi sama sekali. Hok Lay sendiri bukan nama dari pemilik depot tapi berasal dari bahasa tiong hoa yang berarti "PMendatangkan Rejeki".

Menu favorit disini adalah Lumpia dan FOSCO. Pasti banyak yang belum tahu dengan FOSCO. Minuman ini adalah sajian khas dari hoklay. Fosco ini konon resep dari jaman Belanda. Dibikin dari coklelat dan susu full krim murni. Rasanya Manis, Seger, dan coklat banget. Disajikan dalam botol Coca Cola. Kalau saya lebih memilih limun, karena tidak suka dengan susu. Minuman limun in seger banget. Ada 3 Rasa Arbei, Temulawak, dan Jahe. Favorit saya adalah Limun Rasa Jahe. Rasa jahenya tidak terlalu berasa tapi terasa hangat saat di tenggorokan. Kalau disuruh milih antara minuman soda masa kini seperti Fanta dkk, saya lebih memilih limun. 

Itulah tadi alternatif wisata seru yang bisa kamu sambangi saat ke Malang. Kawasan ini dilewati angkot. Jadi, kalau kamu ingin liburan backpacker bisa naik angkot. Apabila kamu datang berdua sepertinya lebih murah kalau Sewa Motor. Buat yang datang rame - rame bisa juga menggunakan jasa sewa mobil di malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun